Viral Bocah Bojonegoro Kecanduan Hirup Bensin, Begini Kata Dosen FKIK UM Surabaya…

  • Bagikan
MEGAH: Kampus Universitas Muhammadiyah Surabaya, di Jalan Raya Sutorejo, Dukuh Sutorejo, Surabaya, Jawa Timur.

INDOSatu.co – SURABAYA – Nama Farhan Abimanu alias Manu baru-baru ini mendadak viral di jagat media sosial. Itu terjadi lantaran remaja asal Bojonegoro, Jawa Timur tersebut kecanduan menghirup aroma bensin pertalite sejak TK hingga sekarang. Manu mengaku jika tak menghirup aroma bensin tubuhnya menjadi lemas.

Menanggapi fenomena tersebut, Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan (FIK) UM Surabaya, Ira Purnamasari memberi tanggapan secara akademik. Ira menyebut, kecanduan menghirup aroma bensin setara dengan kecanduan narkoba. Sebab, bensin termasuk bahan kimia bergas yang memiliki aroma kuat. Bensin merupakan bahan bakar yang mengandung benzena yang jika dihirup secara terus menerus akan membuat otak kecanduan (adiktif).

Baca juga :   Banyak Konsumsi Daging Picu Sembelit dan Gerd, Dosen UM Surabaya Bilang Begini...

Benzena juga dikenal sebagai karsinogenik zat yang berpotensi menyebabkan kanker dan berbahaya jika terhirup dalam konsentrasi tinggi atau paparan jangka panjang. “Saat aroma bensin dihirup, bisa mengalir dari paru-paru menuju ke jantung, yakni sistem peredaran darah dan menuju ke otak. Sehingga, bahan kimia beracun yang dihirup itu otomatis akan merusak paru-paru, jantung, otak, hati dan ginjal,” jelas Ira.

Apalagi, kata Ira, kebiasaan ini sudah dilakukan sejak kecil hingga remaja. Sudah bisa dipastikan bahwa kondisi otak, saraf, dan organ tubuh lainnya tidak sedang baik-baik saja. Menurut Ira, dibalik kenikmatan tersebut, ada kerusakan organ yang bersifat progresif.

“Kebiasaan menghirup bensin merupakan bentuk penyimpangan perilaku. Dikarenakan menghirup dengan tujuan agar diperoleh efek ngefly, halusinasi, dan euforia. Namun tidak jarang pada akhirnya melakukan tindakan impulsif dan agresif,”imbuh Ira lagi.

Baca juga :   Covid-19 di Negara Tetangga Merebak, Lestari: Sektor Pariwisata Harus Waspada

Lebih lanjut lagi, Ira menyebut penyimpangan perilaku ini menimbulkan ketergantungan atau adiksi yang sulit untuk dihentikan atau efek ingin menggunakannya secara terus menerus, yang jika dihentikan akan mendapat efek lelah atau rasa sakit luar biasa, sama halnya seperti seseorang yang sedang sakau.

Kenakalan remaja atau sering disebut dengan juvenile delinquency dalam bentuk perilaku menghirup bensin secara terus menerus merupakan akibat dari pengabaian sosial, hingga melakukan perilaku yang menyimpang.

Dalam kasus ini, kebiasaan menghirup bensin dilakukan sejak kecil tanpa ada larangan atau ketegasan dari orang tua, yang akhirnya dibawa hingga remaja dengan alasan enak. Bisa dikatakan, salah satu faktor pendorong remaja menghirup bensin adalah peran keluarga.

Baca juga :   Kecamatan Brondong segera Dibangun Rumah Sakit, Bupati Yuhronur Tinjau Lokasi

“Kita harus memperjelas tugas dan peran orang tua dalam kehidupan sehari-hari anak. Jika dirasa anak sudah melakukan penyimpangan yang dapat mengganggu kesehatan, segeralah membawa anak ke pelayanan kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan,” kata Ira.

Selain itu, Ira juga menyebut pengabaian yang dilakukan dapat berakibat fatal. Perilaku menyimpang ini dapat merusak saraf, mengakibatkan penurunan kemampuan bicara, penurunan ingatan, berpikir lambat, disorientasi, agresif, halusinasi, hilang kesadaran, kejang hingga kematian. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *