Tinggalkan Sivovac, China Malah Beralih ke Pfizer dan Moderna

  • Bagikan

INDOSatu.co – JAKARTA – Di saat pemerintah Indonesia mengimpor jutaan dosis vaksin Sinovac dari China, negara Tirai Bambu itu malah justru tidak memakainya. Kabar terkini, pemerintah China memutuskan tak lagi ingin menggunakan vaksin Sinovac dan akan sepenuhnya beralih menggunakan vaksin Pfizer dan Moderna. Karena keputusan tersebut, membuat dunia geger.

Keputusan tersebut jelas banyak menimbulkan pertanyaan, karena vaksin Sinovac merupakan vaksin yang mereka buat dan kembangkan sendiri.

Baca juga :   Di Forum PBB, Puan Maharani Serukan Kerja Sama Global untuk Penyediaan Air Bersih-Sanitasi

Lantas apa penyebab China ingin beralih dari vaksin Sinovac ke Pfizer dan moderna? Kemungkinan, mereka mulai setuju untuk menggunakan vaksin Covid-19 yang sudah menggunakan teknologi mRNA.

Diketahui sebelumnya China merupakan satu-satunya negara dengan perekonomian terbesar di dunia yang tidak setuju dengan kebijakan tersebut.

Menurut laporan dari media Caixin pada Kamis (15/7/2021) lalu mengatakan bahwa regulator China telah selesai meninjau vaksin Covid-19 yang dikembangkan oleh mRNA Jerman, yakni BioNTech dan akan didistribusikan secara lokal melalui Fosun Pharma China.

Baca juga :   Formula E Sukses di Jakarta, Alberto Puji Anies Baswedan Setinggi Langit

Namun kini Fosun masih menunggu persetujuan akhir dari regulator dan jika nantinya disetujui, maka Fosun akan menyebarkan 100 juta dosis dari BioNTech ke pasar China pada akhir 2021.

Selain itu Fosun juga akan memproduksi 1 miliar lebih banyak vaksin BioNTech di dalam negeri per tahun dan hal itu merupakan bagian dari kesepakatan yang dicapai Fosun dan BioNTech pada bulan Mei.

Baca juga :   Sesi Kedua KTT G20, Presiden Jokowi Dorong Penguatan Arsitektur Kesehatan Global

Sejak vaksin mRNA dinyatakan efektif melawan serangan Covid-19, Fosun memang sudah mengajukan permohonan agar vaksin BioNTech disetujui di pasar China sejak November lalu.

Nantinya vaksin BioNTech digunakan sebagai opsional setelah seseorang mendapat rejimen dua dosis dari vaksin buatan China dan bukan dijadikan sebagai alternatif vaksin yang diproduksi dari dalam negerinya. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *