Terima Penghargaan untuk Bung Karno, Megawati Bikin Tertawa Saat Bicara soal Sepatu

  • Bagikan
KENANG SEJARAH: Mantan Presiden Kelima RI, Megawati Soekarnoputri (tengah) saat memberi sambutan mewakili keluarga Bung Karno yang dianugerahi penghargaan dari PBNU, di TMII, Jakarta.

INDOSatu.co – JAKARTA – Bukan Megawati Soekarnoputri kalau tidak bisa bikin tertawa hadirin. Dengan gaya pidatonya yang khas, seisi Gedung Teater Tanah Airku, Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Jakarta, Selasa (31/1), tertawa sejadi-jadinya. Kejadian itu bermula saat Megawati didaulat memberi sambutan Malam Anugerah Satu Abad NU, mewakili keluarga Bung Karno, yang malam itu dianugerahi penghargaan kategori tokoh nasional, tokoh bangsa dari PBNU.

Penghargaan untuk Bung Karno itu diserahkan langsung oleh Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf kepada Megawati. Dalam sambutannya, Megawati bercerita masa kecilnya saat menerima tamu dari kalangan Nahdlatul Ulama (NU). Sebagai putri Bung Karno dan Fatmawati, ia mengaku diajarkan kesopanan dalam setiap tingkah laku, tak terkecuali perihal berpakaian.

Baca juga :   Perpanjang Masa Bakti Pengurus DPP PDIP, Megawati Pimpin Sumpah Jabatan di Lenteng Agung

“Saya diajari sopan santun dalam berpakaian. Selalu ada tamu harus rapi,” kata Megawati dikutip dari nu.or.id, Rabu  (1/2).

Suatu ketika, datang rombongan orang berpeci, berbaju koko, dan bersarung, serta bersandal. Mereka hendak bertemu ayahnya. “Datang rombongan berpakaian peci, memakai baju koko, memakai sarung. Lalu saya perhatikan pakaian sampai termasuk alas kakinya,” kata Megawati. Saat itu, usianya masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).

Megawati protes kepada ayahnya, mengingat tamu tersebut dalam budaya sopan santun yang diajarkan kepadanya tidak sesuai karena tidak mengenakan sepatu, melainkan sandal. “Saya bisik-bisik. Katanya kalau mau terima tamu mesti rapi, itu tamu bapak tidak pakai sepatu,” cerita Megawati.

“Saya langsung disuruh diam. Kamu keluar dulu. Setelah keluar, saya tagih,” lanjut Presiden Kelima Republik Indonesia itu. Usai menerima tamu itu, Bung Karno mengingatkan agar tidak perlu menanyakan yang demikian. Sebab, hal itu juga bisa menjadi tidak sopan jika sampai terdengar orangnya.

Baca juga :   Kunjungi Istana, Gus Yahya Pastikan Kehadiran Presiden Jokowi di Forum R20

“Ketika selesai menerima tamu tersebut, beliau bilang, jangan bilang begitu, nanti kedengarannya tidak sopan,” kata Megawati menirukan pembicaraan Bung Karno kepadanya.

Bung Karno menceritakan bahwa rombongan tersebut sebagai sosok-sosok pejuang. Mendengar kata pejuang, Megawati semakin penasaran dan bertanya, “Pejuang apa?”. “Itu para ulama dari kalangan NU,” kata Sukarno. “Saya mana ngerti NU tuh apa? Jadi, kalau melihat zaman dulu, tamu yang tidak bersepatu itu, hahahaha sudah pasti orang dari kalangan NU,” kata Megawati yang langsung disambut gelak tawa hadirin.

Baca juga :   Megawati Soroti sebagian Anak-anak Tak Hormati Guru

Megawati juga bercerita kesamaan warga NU dan partai yang dipimpinnya. Suatu ketika, ia bertemu dengan Gus Dur dalam sebuah kesempatan jauh sebelum keduanya menjadi sepasang presiden dan wakil presiden. Gus Dur bercerita tentang kesamaan keduanya, sama dalam suatu kesalahan yang lucu. Kader partai Megawati bercerita bahwa sambutan kedatangannya sangat ‘siteris’.

Ternyata, kata Megawati, yang dimaksud ‘siteris’ adalah histeris. Sementara Gus Dur bercerita soal pengurus NU yang hendak memohon bantuan dana untuk pemasangan ‘eternit’. Namun, ketika Gus Dur datang ke sana, eternit itu sudah terpasang. Ternyata, yang dimaksud orang tersebut adalah internet. Kisah tersebut langsung disambut gelak tawa seluruh orang yang memenuhi Teater Tanah Airku. (adi/red)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *