INDOSatu.co – BANDUNG – Ketua MPR RI, Bambang Soesatyo (Bamsoet) berharap agar konflik berkepanjangan yang terjadi di Yaman bisa segera berakhir secepat mungkin. Terlebih seperti yang disampaikan Wakil Ketua Dewan Syuro Republik Yaman, H.E Mr. Abdullah Mohammed Abulghaith Qibab, bahwa pemerintah Yaman bersedia berdialog dengan kelompok Houthi untuk segera mengakhiri konflik tersebut.
Indonesia, kata Bamsoet, sangat menghormati kedaulatan setiap negara, sekaligus menentang berbagai tindakan pemberontakan maupun penjajahan yang dilakukan oleh berbagai kalangan yang dapat mengganggu stabilitas kedaulatan sebuah negara merdeka.
Sebagaimana ditegaskan dalam pembukaan konstitusi UUD NRI 1945, kata Bamsoet, bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.
“Pembukaan konstitusi UUD NRI 1945 juga mengamanatkan bahwa tujuan pemerintahan negara Indonesia salah satunya untuk ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial,” ujar Bamsoet dalam keterangannya, usai menerima Wakil Ketua Dewan Syuro Republik Yaman H.E Mr. Abdullah Mohammed Abulghaith Qibab, di sela Konferensi Internasional pembentukan Forum Consultative Assembly, di Bandung.
Kedua amanat konstitusi itulah, kata alumni Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) itu, yang mendorong MPR RI menggagas pembentukan Forum for World Consultative Assembly (Forum Consultative Assembly) untuk memaksimalkan fungsi diplomasi keparlemenan guna berkontribusi untuk mewujudkan perdamaian, peradaban, toleransi, dan solusi atas berbagai masalah yang dihadapi dunia.
Turut hadir dalam pertemuan tersebut, antara lain, Duta Besar Republik Yaman untuk Indonesia Mr. Abdulghani Nassr Ali Al Shamiri dan Kepala Kantor Wakil Ketua Dewan Syuro Republik Yaman Mr. Gaber Hebat Allah Gaber. Sedangkan para para pimpinan MPR RI yang hadir, yakni Ahmad Basarah, Hidayat Nur Wahid, Arsul Sani, dan Fadel Muhammad.
Bamsoet juga mengapresiasi dukungan Yaman terhadap gagasan MPR RI membentuk Forum Consultative Assembly. Melalui Forum ini, Yaman dan juga berbagai negara lainnya diberikan waktu untuk menyampaikan pendapatnya tentang kondisi apapun yang dihadapi dunia, termasuk tentang konflik yang terjadi di negaranya. Sehingga nantinya Forum bisa berkontribusi mencarikan solusi yang komprehensif dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi berbagai negara dunia.
“Dukungan Yaman tersebut tidak lepas dari hubungan bilateralnya dengan Indonesia selama ini sudah terjalin dengan baik, karena kedua bangsa memiliki kaitan emosional dan historis, khususnya terkait dengan sejarah penyebaran agama Islam ke Indonesia di masa lampau,” kata pria yang juga Wakil Ketua Umum DPP Partai Golkar ini.
Kerja sama Indonesia dan Yaman selama ini, kata Bamsoet, terfokus pada penguatan kerja sama ekonomi serta peningkatan diplomasi sosial budaya. Selama periode 1990-2015, hubungan perdagangan Indonesia dan Yaman telah meningkat cukup pesat. Bahkan, kata dia, di bidang pendidikan dan keagamaan, telah menunjukkan perkembangan yang cukup positif karena kedua negara telah memiliki payung hukum terkait kerja sama tersebut.
”Namun kemudian menjadi tersendat akibat konflik di Yaman yang terus berkepanjangan, khususnya pada periode 2014-2015,” jelas Bamsoet.
Bamsoet menerangkan bahwa, MPR RI menyambut baik berbagai permintaan Yaman kepada Indonesia. Antara lain, tawaran agar Indonesia bisa memanfaatkan tenaga pendidik dari Yaman yang bergelar doktor hingga profesor untuk mengajar di Indonesia, karena akibat konflik berkepanjangan, mereka tidak bisa mengajar di Yaman.
Yaman juga meminta bantuan Indonesia untuk memberikan beasiswa kepada rakyatnya untuk menempuh pendidikan di Indonesia. Khususnya di berbagai disiplin ilmu yang dapat berguna untuk membangun kembali Yaman pasca konflik, seperti di bidang studi arsitektur dan teknik.
“Sebagai sahabat, MPR RI akan mendorong pemerintah Indonesia melalui Kementerian Luar Negeri untuk memberi perhatian lebih terhadap rakyat Yaman. Dasarnya adalah kemanusiaan, membantu saudara kita yang sedang mengalami musibah, tanpa perlu mencampuri urusan dalam negerinya,” pungkas Bamsoet. (adi/red)