INDOSatu.co – LAMONGAN – Menjadi Kabupaten pertama yang melaporkan keberadaan kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Jawa Timur pada 1 Mei silam, Pemkab Lamongan siap mengawal penuntasan virus yang menyerang hewan tersebut.
Penuntasan PMK telah diupayakan melalui berbagai kegiatan, mulai dari menutup sementara pasar hewan, penyuntikan antibiotik, pemberian vaksinasi, cek poin pada seluruh desa maupun kecamatan menjelang Idul Adha, dan saat ini menyelenggarakan lokakarya dan simulasi pengobatan wabah PMK yang digelar di Pendopo Lokatantra, Pemkab Lamongan, Senin (25/7).
Kegiatan tersebut diselenggarakan guna memberikan edukasi kepada peternak di Lamongan agar tidak panik dan tepat saat menghadapi ternaknya yang terjangkiti oleh virus PMK.
“Kegiatan pagi ini sangat luar bisa untuk menenangkan hati masyarakat, khususnya para peternak di Lamongan. Ini merupakan wujud hadirnya pemerintah untuk menjawab persoalan sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat,” kata Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi dalam sambutannya.
Bertindak untuk membuka kegiatan yang dipelopori oleh Polda Jatim, bupati yang akrab disapa Pak Yes tersebut juga menyampaikan agenda diskusi lanjutan terkait pembukaan pasar hewan yang menjadi pusat ekonomi peternak di Lamongan.
“Terkait Pasar Hewan di Lamongan yang masih kita tutup, setelah kegiatan ini, akan kita koordinasikan kembali bersama OPD di Lamongan. Tentunya itu akan kita pertimbangkan dengan matang agar tidak menimbulkan kesalahan fatal yang merugikan untuk peternak di Lamongan,” terang Pak Yes.
Setelah kegiatan lokakarya dan simulasi penanganan PMK, Lamongan juga akan menerbitkan buku berisi panduan penanganan PMK yang kredibel.
“Setelah ini kita juga akan menerbitkan dan mencetak buku panduan tentang penanganan PMK yang bisa dijadikan pedoman untuk para peternak dalam menangani ternaknya yang sakit,” tegas Pak Yes.
Berkesempatan hadir untuk menjadi narasumber pada kegiatan lokakarya dan simulasi penanganan PMK, Foounder Harian Disway, Dahlan Iskan dan dokter hewan serta peneliti virus, Indro Cahyono. Bahkan mereka menjawab berbagai persoalan, termasuk hoax tentang PMK.
“PMK hanya bisa ditularkan saat terjadi kontak langsung dengan hewan. Begitu juga dengan hewan yang terkena PMK, hanya pada hewan berkuku genap seperti sapi dan domba. Penularan hanya bisa melalui reseptor pada hewan. Jadi, pada hewan yang tidak mempunyai reseptor, tidak bisa tertular, apalagi ke manusia yang jelas berbeda spesies,” terang Indro.
Lebih lanjut, keduanya juga memberikan tips untuk merawat ternak yang terjangkit PMK. Tips yang diberikan bersifat mandiri dan praktis agar bisa dilakukan seorang diri oleh para peternak.
“Pada dasarnya PMK ini tidak menyebabkan kematian, asal kita bisa melakukan perawatan dengan baik. Kita bisa berikan disinfektan dengan PH rendah (kurang dari 5) dan membuat bubur yang berbahan protein serta vitamin A,C, dan E,” tutur Indro.
Setelah pembekalan penanganan PMK, juga dilakukan simulasi secara langsung pada hewan yang dipandu oleh ahli untuk mempraktekkan penyembuhan hewan yang terjangkiti PMK dengan baik dan benar. (*)