Survei Terkini Bloomberg, Indonesia Masuk Daftar 15 Negara Berisiko Alami Resesi

  • Bagikan
PERLU WASPADA: Bloomberg, lembaga perusahaan keuangan, perangkat lunak, data, dan media merilis hasil survei bahwa Indonesia masuk dalam daftar 15 negara yang berisiko mengalami resesi.

INDOSatu.co – JAKARTA – Bloomberg mengeluarkan survei terbarunya. Yang mengejutkan, lembaga perusahaan keuangan, perangkat lunak, data, dan media yang berkantor di Midtown, Manhattan, New York itu merilis bahwa Indonesia masuk dalam daftar 15 negara yang berisiko mengalami resesi. Dalam daftar tersebut, Indonesia berada di peringkat ke-14 di atas India.

Survei tersebut menunjukkan, secara berurutan, peringkat 1-15 negara yang berisiko mengalami resesi adalah sebagai berikut; Sri Lanka, New Zealand, Korea Selatan, Jepang, China, Hongkong, Australia, Taiwan, Pakistan, Malaysia, Vietnam, Thailand, Filipina, Indonesia dan India.

Baca juga :   Tolak Serahkan Jabatan Presiden, Myint Akui Dipaksa Mundur

Dalam survei lembaga yang dirikan oleh Michael Bloomberg itu, menyebutkan, Sri Lanka menempati urutan pertama negara berpotensi resesi dan benar adanya. negara itu ternyata sudah kolaps lebih dulu, sehingga meninggalkan ketidakpastian politik dan keamanan di negara tersebut.

Presiden dan Perdana menteri negara di Asia Selatan itu telah mengundurkan diri, karena negara tersebut mengalami default. Atau gagal bayar pada utang-utangnya luar negeri. Akibatnya, rakyat Sri Lanka mengamuk dan membakar rumah presiden belum lama ini.

Baca juga :   Resmi Dilantik Jadi PM, Anwar Pastikan Kabinetnya Lebih Ramping dengan Gaji Lebih Kecil

Sri Lanka mengalami resesi dengan presentase 85 persen, New Zealand 33 persen, Korea Selatan dan Jepang 25 persen. Kemudian China, Hongkong, Australia, Taiwan, dan Pakistan masing-masing 20 persen. Malaysia 13 persen, Vietnam dan Thailand 10 persen, Filipina 8 persen, Indonesia 3 persen, dan India 0 persen.

Meski hanya hasil survei, pemerintah tidak boleh lengah dan menganggap enteng. Bloomberg adalah lembaga yang kredibel dan bukan lembaga kaleng-kaleng, lembaga yang bisa dibeli dan sebagainya. Seperti lembaga survei politik yang mengeluarkan hasil sesuai pemesan. (*)

Baca juga :   Presiden Jokowi Bertolak ke Kamboja untuk Hadiri KTT ASEAN ke-40 dan ke-41
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *