Singgung Nasib Petani, Anggota DPD RI Asal Jawa Tengah Tolak Kenaikan Harga BBM

  • Bagikan
BERATKAN PETANI: Anggota DPD RI asal Jawa Tengah, Abdul Kholik menolak kenaikan harga BBM karena dampaknya makin menyengsarakan petani. Petani makin sengsara akibat kenaika harga BBM itu.

INDOSatu.co – JAKARTA – Penolakan kenaikan harga BBM terus meluas. Kali ini datang dari anggota DPD RI asal Jawa Tengah, Abdul Kholik. Anggota DPD dari Cilacap itu menolak kenaikan harga BBM karena secara faktual memberatkan masyarakat kalangan bawah, yakni para petani. Petani, kata Kholik, mimpi mereka untuk hidup sejahtera kini semakin kandas.

”Padahal, saat ini petani baru saja merasa sedikit lega karena harga gabah di atas Rp 500 ribu per kuintal, meski hasil panen padi sekarang ini cenderung turun,’’ kata Kholik.

Baca juga :   Masih Didominasi Wajah Lama, Haeny Pimpin Perolehan Suara Dapil IX Jatim

Diungkapkan Kholik kenaikan harga gabah saat ini cukup baik. Itulah yang membuat petani sedikit bahagia. Tetapi, kata dia, ketika harga BBM naik, mimpi petani sedikit bernapas lega langsung sirna. ‘’Mereka kini menghadapi beban kenaikan harga barang kebutuhan sehari-hari. Rasanya memang jadi petani di negeri ini tidak boleh berbahagia, meski hanya sebentar,” kata Kholik Rabu (7/9) malam.

Kompensasi yang akan diberikan, lanjut Kholik, kenyataannya tidak ditujukan kepada petani yang selama ini hidup sengsara. Kompensasi tersebut hanya diberikan kepada para pekerja di bidang transportasi dan buruh atau karyawan yang ada di perkotaan. Padahal, jika batas penerima kompensasi BLT yang sebesar Rp 3,5 juta, maka banyak sekali petani yang seharusnya menerima.

Baca juga :   Anies Kritik IKN, Muhammad Kholid: Sejalan dengan Sikap PKS Sejak Awal

”Ini jelas sangat tidak adil. Apa boleh buat petani memang harus terus mengalami nasib yang sulit. Itulah mengapa petani terus mengalami kemiskinan secara struktural akibat kebijakan pemerintah yang tidak pernah memihak,” kata Doktor Ilmu Hukum ini.

Yang lebih mengkhawatirkan lagi, tegas Kholik, kenaikkan BMM kali ini mengakibatkan harga Pertalite lebih mahal dan sulit dicari. Di beberapa wilayah perdesaan di Jawa Tengah bagian selatan, harga eceran Pertalite mencapai Rp 12.00 -13.00 per liter. Ini disebabkan tidak semua SPBU yang ada tidak menyediakan Pertalite. ”Alasannya BBM Pertalite terbatas atau ketika ditanya ketika stok tidak ada, sementara petugas SPBU ada yang beralasan kiriman Pertalite masih dalam perjalanan. Makin hari, nasib petani terpuruk,’’ pungkas Kholik. (adi/red)

Baca juga :   Soal Potensi Pantai Selatan Jateng, Abdul Kholik Minta Gubernur Garap secara Serius
  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *