INDOSatu.co – BOJONEGORO – Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Bojonegoro akhirnya menghentikan laporan yang diajukan oleh Anwar Sholeh, warga Bojonegoro terhadap paslon nomor 01, Teguh Haryono-Farida Hidayati pasca batalnya debat publik perdana yang menghebohkan itu.
Anwar melaporkan paslon yang diusung PDI Perjuangan dan Partai Prima terklait dugaan pelanggaran pidana pemilu dalam debat perdana Pilkada Bojonegoro 2024 pada 19 Oktober 2024. Laporan tersebut menambah runyamnya suasana polemik Pilkada Bojonegoro pasca debat yang dibatalkan KPU tersebut.
Setelah melalui kajian Bawaslu bersama Penegakan Hukum Terpadu (Gakumdu), juga melakukan klarifikasi kepada pelapor, terlapor, saksi-saksi, serta menghadirkan saksi ahli untuk mendalami kasus tersebut, ternyata unsur melakukan pelanggaran pidana pemilihan Pilkada tidak terpenuhi.
“Ya, dihentikan. Bisa dilihat itu dipapan pengumuman di depan itu,” kata anggota Bawaslu Bojonegoro M. Muchid kepada INDOSatu.co, Rabu (30/10).
Lantas, bagaimana reaksi Cabup Teguh Haryono pasca laporan Anwar Sholeh yang tidak terbukti itu? Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) tersebut ternyata tidak bereaksi berlebihan. Penampilannnya yang tenang menambah kharisma seorang Teguh. Yang mengejutkan, Teguh justru tetap menganggap Anwar Sholeh sebagai saudara.
”Sebelum Pilkada ya dulur (saudara, Red), saat pilkada dan setelah Pilkada ya tetap sebagai dulur,” kata Teguh kepada INDOSatu.co, melalui ponselnya, Rabu (30/10).
Ungkapan Teguh terhadap Anwar Sholeh tersebut tidaklah berlebihan. Selain sama-sama sebagai putra Bojonegoro, Teguh dengan Anwar Sholeh ternyata teman satu sekolah, tepatnya di SMPP. Bukan hanya itu. Teguh dan Anwar juga merupakan satu angkatan.
”Gimana ya? Namanya teman ya tetap teman, sampai kapanpun. Bahkan, sudah seperti saudara. Karena itu, kalau gara-gara Pilkada saja kok teman melaporkan teman, ya saya nggak bisa ngomong apa-apa. Biar masyarakat Bojonegoro yang menilai,” kata pria asli Sidorejo, Kecamatan Kedungadem, Bojonegoro ini.
Bagi Teguh, Pilkada adalah sarana untuk memilih pemimpin yang baik, yang dikehendaki oleh masyarakat Bojonegoro. Yang dilakukan Teguh-Farida saat ini, tak lebih hanya sekedar meminta doa dan restu kepada masyarakat Bojonegoro. Sebab, pemilik kedaulatan Bojonegoro adalah rakyat Bojonegoro, bukan elit politik. Karena itu, Teguh setiap hari turun ke lapangan untuk menyapa warga Bojonegoro.
”Itu (turba, Red) dalam rangka untuk memohon doa dan restu warga Bojonegoro. Karena perlunya restu rakyat Bojonegoro itulah, Pilkada digelar lima tahun sekali,” kata pria yang juga mantan pimpinan di Tripatra ini.
Bagi Teguh, kalah menang dalam pertandingan adalah hal yang biasa. Sebab, tidak mungkin dalam pertandingan menang dua-duanya. Yang menang, kata Teguh, berarti itu yang dikehendaki rakyat Bojonegoro. Dan yang kalah, harus legawa. Berarti yang kalah belum diberi kesempatan untuk memimpin. Tetapi, kata dia, jangan sampai karena beda pilihan, hubungan seduluran menjadi retak.
”Jadi, sekali lagi, meski saya dilaporkan oleh Mas Anwar nggak apa-apa. tapi saya masih tetap menganggap sebagai dulur (saudara, Red),” kata Teguh Haryono.
Sedangkan terkait dengan Bawaslu yang memutus KPU Bojonegoro dianggap melakukan pelanggaran, Teguh mengaku menyerahkan masalah itu kepada partai dan tim pemenangan. Apakah akan melaporkan kasus tersebut ke DKPP, Teguh mengaku, itu urusan tim pemenangan dan PDIP.
”Saya dan Mbak Farida dihakimi oleh publik dalam debat yang dibatalkan KPU itu. Belum lagi di medsos juga jadi bulan-bulanan. Tapi alhamdulillah, Gusti Allah mboten sare (tidak tidur). Becik ketitik olo ketoro (yang baik akan muncul, yang jelek pasti ketahuan, Red). Sekali lagi, saya serahkan masalah KPU Bojonegoro itu kepada partai,” kata Teguh.
Yang dilakukan saat ini, Teguh mengaku terus bersilaturrahmi dengan masyarakat Bojonegoro, tanpa terkecuali. Selain bersilaturrahim, Teguh tentu melakukan dialog terkait dengan kondisi Bojonegoro untuk saat ini maupun yang akan datang.
”Tugas saya hanya salaman, sambang, dan mendengar apa yang diinginkan oleh masyarakat Bojonegoro. Menyerap aspirasi untuk saya implementasikan jika Allah SWT memberi amanah memimpin Bojonegoro. Karena itu, mohon doa restu kepada seluruh masyarakat Bojonegoro. Karena tanpa dukungan warga Bojonegoro, pasangan Teguh-Farida bukan berarti apa-apa,” pungkas alumni SMPN 1 Bojonegoro ini. (bas/*)