Sikapi Kontroversi Film Kiblat, HNW: Kontraproduktif. Judul Bagus, Isinya Horor

  • Bagikan
SOLIDARITAS SESAMA MUSLIM: Anggota DPR Ri dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) menyikapi Film Kiblat yang judul dan isinya kontraproduktif, sehingga menimbulkan kegaduhan di kalangan umat Islam.

INDOSatu.co – JAKARTA – Kontroversi film Kiblat menyita perhatian kalangananggota DPR RI. Anggota Komisi VIII dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid (HNW) sampai harus menanggapi ihwal film Kiblat yang belakangan ini menjadi perbincangan karena dinilai kontroversial.

Menurut pandangan HNW, sapaan akrab Hidayat Nur Wahid, film tersebut mengandung nilai kontraproduktif dan tidak sesuai dengan budaya dan ajaran Islam.

HNW berpendapat, film Kiblat tidak relevan dan bahkan bertentangan dengan esensi dari makna ‘kiblat’ itu sendiri yang bermakna arah dan kedamaian.

Baca juga :   Talk Show Q&A Metro TV, Bamsoet Tegaskan Sangat Terbuka, Tampil Apa Adanya

Terlebih momentum kemunculan film itu adalah pada bulan Ramadan, saat umat Islam tengah berkhidmat dalam beribadah.

Di bulan Ramadan di mana umat Islam secara umum dihadirkan dalam momentum untuk suka beribadah ke masjid pada malam hari untuk salat tarawih, qiyamul lail, itikaf, dan sebagainya, tiba-tiba hadir film yang judulnya sangat identik dengan keislaman ‘Kiblat’ tapi menghasilkan visualisasi yang horor.

”Itu tentu sangat kontraproduktif dan tidak sesuai judul dengan gambar yang ditampilkan,” kata HNW kepada wartawan di Jakarta, belum lama ini.

Baca juga :   Peringati World Tourism Day, Lamongan Gelar dan Semarakkan Street Fashion

Menurut HNW, kiblat semestinya menggambarkan tentang suatu hal yang meneduhkan dan menyenangkan, serta menguatkan spiritualitas.

Hal itu tidak tercermin sama sekali di film tersebut, yang justru dalam posternya menggambarkan seseorang sedang rukun dengan posisi kayang, ditambah sesosok tak berkepala di dekatnya.

“Tentu suatu hal yang tidak sesuai dengan filosofi dari Islam, dan apalagi salat, apalagi kiblat,” tegasnya.

Di samping banyaknya kontra dari publik atau masyarakat umum hingga Majelis Ulama Indonesia (MUI), Hidayat menyebut pihak pembuat film juga tidak menyampaikan klarifikasi. Sehingga memperkuat pandangan bahwa film tersebut memang tidak produktif.

Baca juga :   BLACKPINK Cetak Sejarah Baru di Spotify

Dia menegaskan, gambaran yang menyeramkan di dalam film mengenai ibadah salat dan kiblat yang tak sesuai keyakinan itu juga memberi ruang stereotipe Islam. Menurutnya stereotipe yang disematkan pada umat Islam yang masih santer dengan ‘Islam teroris’.

“Ketika ada fitnah semacam ini (Islam teroris) dimunculkan, film itu justru akan menggambarkan pembenaran terhadap stereotipe islam itu. Karena itu, harus dikoreksi,” tegas politisi asal Klaten, Jawa Tengah itu.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *