Siaga Bencana Cuaca Ekstrem, Menko PMK: Diperlukan Laporan yang Cepat dan Tepat

  • Bagikan
SIAGA BENCANA: Menko PMK RI, Muhadjir Efeendy (kanan) mendengarka paparan Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Suharyanto dalam rapat tingkat menteri terkait Penanggulangan Bencana di Kantor Kemenko PMK.

INDOSatu.co – JAKARTA – Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy meminta, agar pemenuhan data lapangan yang tepat dan cepat sangat diperlukan untuk meminimalisasi risiko bencana yang terjadi di Indonesia.

Permintaan itu dilontarkan Muhadjir menyikapi bencana akibat cuaca ekstrem terus terjadi dalam beberapa hari terakhir ini. Seperti diketahui, dua hari ini, jalur lintas selatan Jawa Timur hingga Bali mengalami banjir besar dan longsor yang menimbulkan banyak kerugian.

Sebagai penentu pengambilan keputusan terhadap langkah mitigasi bencana, kata mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini, data lapangan tanggap bencana harus terus di-update. Selain itu, koordinasi lintas sektor juga harus berjalan dengan baik.

“Semakin cepat kita dapat data lapangan yang real dan clear, kita akan semakin cepat mengambil keputusan dan akan mampu meminimalisir risiko bencana,” ujarnya saat memimpin Rapat Tingkat Menteri (RTM) Penanggulangan Bencana di Kantor Kemenko PMK, Selasa (18/10).

Baca juga :   Akui Didukung Banyak kalangan, Fadel Fight Hadapi LaNyalla soal Mosi Tidak Percaya

Sesuai arahan Presiden Joko Widodo, kata Menko PMK, bencana yang terjadi harus dapat diatasi dengan baik, dan jangan sampai mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Sebab, kata dia, saat ini Indonesia sedang dalam proses melawan krisis ekonomi global. Hal-hal yang berkaitan langsung dengan kebutuhan pokok dan kelancaran transportasi untuk menyuplai bahan perdagangan diharapkan tidak terganggu.

“Bencana tahun ini spektrumnya jadi sangat luas karena berimpitan dengan masalah ekonomi global yang sangat tinggi. Mohon koordinasi di lapangan diperkuat sehingga melibatkan semua pihak yang terdampak. Jangan sampai kita gagal fokus dalam penanganan bencana ini sehingga menimbulkan efek yang tidak kita harapkan,” ungkap Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial Universitas Malang (dulu IKIP Malang) ini.

Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat, sebanyak 227 bencana alam telah terjadi di Indonesia dalam dua minggu terakhir sejak awal Oktober 2022. Di mana semua kejadian bencana dikategorikan sebagai bencana hidrometeorologi basah.

Baca juga :   Pencalonan Gibran Khianati Konstitusi, Tim Hukum AMIN: Harus Didiskualifikasi

Dalam kurun waktu 3 – 16 Oktober 2022, banjir menjadi kejadian bencana yang paling banyak terjadi dalam periode ini disusul tanah longsor dan cuaca ekstrem. Bencana alam tersebut menyebabkan 23 jiwa meninggal dunia, 1 jiwa hilang, dan 19 jiwa luka-luka/sakit.

Karena itu, Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Suharyanto mengimbau, agar pemerintah provinsi maupun daerah berkoordinasi dan tidak sungkan menetapkan status tanggap darurat jika terjadi bencana. Selain itu masyarakat juga diminta untuk terus waspada.

“Bagi daerah yang terjadi bencana alam, jangan ragu menetapkan status tanggap darurat. Jangan gengsi, seolah-olah karena tidak mampu, padahal itu tidak ada kaitannya karena bencana tidak bisa dihindari. Kita harus meningkatkan kesiapan dan kewaspadaan,” kata Letjen TNI Suharyanto.

Hasil analisis dinamika atmosfer terkini Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), menunjukkan adanya sirkulasi siklonik yang membentuk pola belokan angin serta perlambatan kecepatan angin yang dapat meningkatkan aktivitas konvektif dan pertumbuhan awan hujan.

Baca juga :   Reshuffle Kabinet Jelang Jokowi Lengser, Pengamat BRIN: Bernuansa Politik

BMKG juga merilis peningkatan potensi cuaca ekstrem diperkirakan masih akan terus terjadi hingga akhir tahun, terutama pada dasarian I dan dasarian II November 2022. Data tersebut tertera dalam analisis dan prediksi El Niño-Southern Oscillation (ENSO).

Turut hadir dalam RTM, Plt. Dirjen Limjansos Kemensos Robben Rico, Deputi bidang Penanganan Darurat BNPB Mayjen TNI Fajar Setyawan, Dirjen Cipta Karya KemenPUPR Diana Kusumastuti, Dirjen Bina Marga KemenPUPR Hedy Rahadian, Dirjen SDA KemenPUPR Jarot Widyoko, dan Deputi Geofisika BMKG Suko Prayitno.

Sementara, hadir secara daring Sekjen Kemenkes Kunta wibawa, Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes Azhar Jaya, serta Direktur Manajemen Penanggulangan Bencana dan Kebakaran Kemendagri Edy Suharmanto. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *