Sesalkan Bentrokan di Rempang, Puan Imbau Aparat Lebih Humanis dan Persuasif

  • Bagikan
JANGAN HANYA DIAM: Ketua DPR RI Puan Maharani meminta pemerintah turun tangan merngendalikan harga kebutuhan dapur yang merangkak naik menjelang Natal dan Tahun Baru.

INDOSatu.co – JAKARTA – Bentrokan yang terjadi di Pulau Rempang, Batam, Kepulauan Riau antara warga dengan aparat gabungan dari TNI, Polri, Satpol PP, dan Direktorat Pengamanan Badan Pengusahaan (BP) Batam mendapat perhatian serius dari Ketua DPR RI Puan Maharani. Puan mengaku menyayangkan terjadinya bentrok tersebut.

Menyikapi suasana yang menjadi perhatian masyarakat luas tersebut, Puan berharap agar aparat perlu melakukan pendekatan secara humanis yang mengedepankan persuasi terhadap warga. Sekalipun ada penolakan dari masyarakat, semestinya tidak perlu ada tindakan represif.

”Seharusnya aparat bisa lebih humanis dan bersifat persuasif untuk berdialog bersama warga,” kata Puan dalam keterangannya, di Jakarta, Jumat (8/9).

Baca juga :   Survei Terbaru Lingkaran Suara Publik (LSP), Elektabilitas Puan Naik, Kuntit AHY

Diketahui, bentrokan dipicu oleh penolakan masyarakat adat Pulau Rempang atas Pembangunan kawasan industri di lahan pulau seluas 17 ribu hektare. Proyek yang dilabeli dengan Proyek Strategis nasional (PSN) untuk membangun kawasan industri, perdagangan, dan wisata itu merupakan PSN pada 2023 sebagai Rempang Eco City.

Bentrokan terjadi saat tim gabungan berusaha menerobos masyarakat yang berjaga di Jembatan IV Barelang Pulau Rempang karena menolak dilakukannya pengukuran dan pemasangan patok di wilayah tersebut.

Pemblokiran dilakukan warga dengan membakar sejumlah ban dan merobohkan pohon di akses jalan menuju kawasan Rempang. Meski begitu, petugas tetap memaksa masuk untuk memasang patok, dan menembakkan gas air mata serta water cannon untuk melerai kericuhan.

Baca juga :   Puan Anggap Hotel Isoman Belum Perlu

Akibat adanya tembakan suara letupan dari gas air mata, siswa-siswa SD di Pulau Rempang berteriak histeris ketakutan. Tak hanya itu, sejumlah siswa SMPN 22 yang berjarak 100 meter dari ruas Jalan Trans Barelang juga turut menjadi korban bentrok tersebut.

Uap gas air mata yang ditembakkan ke udara oleh aparat terbawa ke kompleks sekolah dan membuat para siswa dan guru nyaris pingsan, bahkan sampai ada yang lari ke kawasan hutan untuk menghindari udara pengap akibat gas air mata. Puan mengatakan seharusnya penggunaan gas air mata tidak lagi dilakukan.

Baca juga :   Bela Palestina, Ketua FPKS: Stop Penjajahan Israel, Wujudkan Kemerdekaan Palestina

“Apabila memang ada kericuhan, gunakan pendekatan lain. Seharusnya kita belajar dari pengalaman sebelumnya bahwa penggunaan gas air mata bisa berdampak fatal,” tutur perempuan pertama yang menjabat sebagai Ketua DPR RI itu.

Mantan Menko PMK ini menilai, penolakan dalam pembangunan biasa terjadi. Menurut Puan, penolakan-penolakan tersebut seharusnya disikapi dengan cara-cara kemanusiaan dan bersifat persuasif. “Apalagi jika pembangunan ini demi peningkatan perekonomian rakyat, maka jangan sampai merugikan rakyat,” tegasnya. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *