Sekali Tepukan Mega, Dua Jiwa Melayang. Benarkah?

  • Bagikan

HARI Ulang Tahun (HUT) PDIP pada 10 Januari yang lalu, meninggalkan bekas yang luar biasa bagi dunia perpolitikan Indonesia. Betapa tidak? Sudah berkali-kali usaha untuk menggagalkan perpanjangan jabatan Joko Widodo (Jokowi) sebagai Presiden, semua bablas tanpa bekas. Jokowi tetap berjalan kuat dengan bantuan Menteri Serba Bisa, Luhut Binsar Pandjaitan (LBP).

Kenapa mereka berdua begitu ngotot untuk perpanjangan jabatan Presiden Jokowi? Tidak lain dan tidak bukan, karena mereka berdua yang paling berkepentingan untuk menyelamatkan diri dari segala perbuatan mereka selama periode jabatan kepresidenan Jokowi selama ini. Mereka belum sempat mempersiapkan diri untuk skenario pergantian presiden 2024, kecuali pergantian presiden ke Ganjar Pranowo, yang merupakan Anak Emas Jokowi.

Tetapi, mereka berdua menyadari, betapa pun telah berusaha sekuat daya dan dana mengangkat elektabilitas Ganjar di mata publik, tanpa PDIP semua hanya “Macan Kertas”. Dan itulah yang terjadi saat ini. Baik Jokowi maupun Ganjar, tergeletak tanpa jiwa, yang berarti tanpa daya sedikitpun. Setidaknya itu menurut pengamat politik dalam negeri.

Pada helatan Ultah ke-50 PDIP yang baru lalu, nama Jokowi memang sering disebut oleh Megawati, tapi hampir semua isinya adalah bully-an alias sindiran, yang bahkan boleh dikatakan Jokowi menjadi bulan-bulanan Megawati sepanjang Pidato Peringatan Ultah ke 50 PDIP tersebut. Padahal, durasi pidato Megawati kurang lebih dua jam. Sementara, nama Ganjar, sedikit pun tidak disinggung sama sekali oleh Megawati.

Baca juga :   Law and Justice: Hakim MK Sedang Diuji

Bahkan, untuk duduk di kursi kehormatan pun, sebagaimana tokoh-tokoh pemerintahan lain, Ganjar pun tak mendapatkannya. Sebuah penghinaan luar biasa bagi Capres yang menurut banyak survei mendapatkan elektabitas tertinggi di Indonesia. Jokowi dan Ganjar pasti tidak akan menerima perlakuan ini dan bisa dipastikan akan melakukan pembalasan bersama dalam waktu dekat ini. Apa yang bisa mereka lakukan?

Banyak pengamat menafikan kemungkinan perlawanan dari Jokowi dan Ganjar, karena mereka berdua, seperti yang diperlihatkan Megawati secara vulgar ke publik, baik dalam maupun luar negeri, dengan kepercayaan diri yang luar biasa, bahwa Jokowi dan Ganjar bukan apa-apa tanpa PDIP. Semua pengamat tampaknya sepakat dengan pernyataan tersebut. Betulkah seperti itu?

Menurut pendapat pribadi saya, tidaklah demikian;

Pertama, Jokowi sekarang ini, secara de facto dan de jure adalah Presiden Republik Indonesia. Jokowi juga seorang maniak yang mampu melakukan perbuatan melawan hukum sejak dari awal kariernya di Solo.

Baca juga :   Pemilu Berintegritas, Atau Gagalkan Pemilu?

Kedua, Jokowi bukan orang yang mudah digertak. Setidaknya ia telah belajar banyak menghadapi tokoh-tokoh nasional yang telah bangkotan di ranah perpolitikan Indonesia. Selain pernah menghadapi SBY, Surya Paloh, Amien Rais dan yang terakhir merasakan kesaktian Jokowi, adalah Prabowo Subianto yang kini bertekuk lutut di bawah kaki Jokowi, ia juga memiliki banyak pendukung, baik relawan maupun tokoh-tokoh lembaga-lembaha resmi negara yang berada di bawah pemerintahannya.

Ketiga, Jokowi juga didukung penuh oleh taipan-taipan Tionghoa yang sudah terlanjur banyak melakukan investasi terhadap Jokowi dan juga negeri ini. Para taipan itu dipastikan tidak akan rela kehilangan aset yang sangat berharga, yaitu Jokowi dari permainan politik mereka.

Dan yang keempat, yang tidak boleh dilupakan adalah faktor Ganjar, yang juga dipermalukan justru karena namanya tak disebut-sebut Megawati dalam pidato ultah tersebut. Padahal, sudah banyak pencitraan yang dilakukan Ganjar untuk menaikkan elektabilitasnya selama ini. Setidaknya, Ganjar bisa dipastikan capres paling populer nomor 2 setelah Anies Baswedan. Dan bisa dipastikan juga, selain memiliki pendukung loyal di masyarakat terutama suku Jawa, Ganjar juga memiliki pendukung di internal PDIP sendiri.

Baca juga :   Jusuf Kalla, La Ode Umar dan Politik Identitas

Apa yang mungkin dan bisa dilakukan oleh Jokowi dan Ganjar?

Atas bantuan dana tak terbatas para Taipan, Jokowi bersama Ganjar dan pendukung PDIP-nya tentu tidak tinggal diam. Mereka akan membuat ‘perhitungan’ di PDIP yang akan berakibat terpecahnya PDIP menjadi 2 kubu, setelah seluruh jajaran pemerintahan di bawahnya, terutama yang berkaitan dengan hukum, diseting menurut kemauannya.

Kemudian, Jokowi dengan kekuasaannya akan mengkriminilisasi Megawati atau Puan atau keduanya, sehingga PDIP menjadi terkunci dan tidak mampu berbuat apa-apa. Dengan demikian PDIP dengan sangat mudah diambil alih kekuasaannya oleh Jokowi atau Ganjar Pranowo.

“PDIP Baru” akan dengan mulus mencalonkan Ganjar Pranowo menjadi Capres RI 2024.

Jangan lupakan faktor AM Hendropriyono dan Luhut Binsar Pandjaitan. Kita tunggu saja babak selanjutnya dari Episode HUT ke-50 PDIP. Pasti Seru!

Indra Adil;
Penulis adalah Eksponen 77/78

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *