Satgas IDI: Mohon Warga DKI Jakarta Jangan Demo

  • Bagikan

INDOSatu.co – JAKARTA — Aksi penolakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Ambon dan Bandung dikhawatirkan akan menjalar ke Ibukota, Jakarta. Saking khawatirnya, demo terkait perpanjangan PPKM itu membuat IDI Pusat ketir-ketir.

Ketua Satuan Tugas (Satgas) Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Zubairi Djoerban, meminta masyarakat DKI Jakarta tidak menggelar unjuk rasa menolak PPKM. Zubairi mengungkapkan, unjuk rasa hanya akan berisiko menimbulkan klaster baru.

“Karena itu, kami amat sangat mohon jangan demo (unjuk rasa), karena datanya menunjukkan Jakarta sedang bagus. Jadi tidak ada alasan untuk demo (menolak PPKM) karena hasilnya baik,” ujar Zubairi saat dihubungi di Jakarta, Jumat (23/7).

Baca juga :   Dewan Pertanyakan Anggaran Madin dan Minimnya Partisipasi Warga Melawan Covid-19

Dikutip dari Antara, menurut Zubairi, unjuk rasa seperti gerak jalan (long march) akan berpotensi mengumpulkan banyak orang, sehingga berisiko menyebabkan klaster baru.

Ia masyarakat bisa menyuarakan pandangannya menggunakan cara lain apabila terjadi silang-pendapat terkait perpanjangan PPKM.

Cara menyuarakan pendapat yang tidak menimbulkan kerumunan, misalnya, melalui diskusi daring, membuat keterangan pers atau menyajikan konten penolakan melalui media sosial.

Baca juga :   Terkait Sektor Penyiaran, Sandi Uno: Harus Bisa Buka Loker

Zubairi mengatakan, data Covid-19 di DKI Jakarta menunjukkan adanya penurunan angka positivity rate dalam seminggu terakhir, dari sekitar 40 persen menjadi 25,7 persen sejak adanya PPKM Darurat.

Positivity rate adalah perbandingan antara jumlah kasus positif Covid-19 dengan jumlah tes yang dilakukan. “Data (positivity rate) turun (dalam sepekan terakhir) itu menunjukkan bahwa penerapan PPKM selama sepekan terakhir di DKI Jakarta mulai menunjukkan hasil,” kata Zubairi.

Baca juga :   Stok Minyak AS Menipis, Harga Minyak Dunia Menguat

Karena itu, dia meminta masyarakat berpikir ulang apabila ingin menolak PPKM tersebut menggunakan cara-cara yang berpotensi menimbulkan kerumunan seperti menggelar aksi unjuk rasa. “Karena tujuan demo (unjuk rasa) kan untuk mengatasi masalah Covid-19. Sekarang sudah mulai teratasi pelan-pelan, turun dari 40 ke 25,7 persen ‘positivity rate’ seminggu terakhir di Jakarta,” ujar Zubairi. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *