Rektor UMY: Handphone Bukan Pertanda Modernitas, Hindarkan Anak dari Isu Sekuler

  • Bagikan
SAMPAIKAN SAMBUTAN: Rektor UMY, Prof. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto saat meresmikan Gedung Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Ngasem Gunung Kidul belum lama ini.

INDOSatu.co – YOGYAKARTA – Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Prof. Dr. Ir. Gunawan Budiyanto, M.P., IPM., ASEAN Eng menyampaikan keprihatinannya terhadap kondisi generasi muda yang banyak terperdaya oleh handphone. Ia mengatakan bahwa, handphone bukanlah pertanda modernitas, melainkan merupakan sebuah bentuk keterjajahan informasi.

Pernyataan itu disampaikan Prof. Gunawan dalam acara peresmian Gedung Madrasah Ibtidaiyah Muhammadiyah (MIM) Ngasem Gunung Kidul, belum lama ini. Gedung MIM Ngasem yang baru ini merupakan hasil kerja sama dari Lembaga Amil Zakat Infak dan Sodaqoh Muhamammadiyah (Lazismu) UMY, yang juga menggandeng Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), serta swadaya masyarakat dan simpatisan. Dengan total dana bantuan yang berhasil terkumpul sebesar 1 miliar 70 juta rupiah.

Baca juga :   Akui Berkat Doa Orang Tua, Riya Sabet Predikat Terbaik Wisudawan UNAIR

Rektor UMY juga menyampaikan, di zaman dimana informasi yang sudah sangat menggurita ini, fakta-fakta objektif seringkali tidak lagi menjadi dasar utama dalam membentuk opini publik. Bahkan, ia mengamati, salah satu ciri akhir dari dunia ini adalah orang menjadi kebingungan membedakan antara yang benar dan yang salah.

“Anak-anak sekarang percaya kalau ayam kakinya empat karena mereka setiap hari dicekoki dengan berita ayam kakinya empat, sehingga bagi yang mengatakan ayam itu kakinya dua, disalahkan. Ini yang namanya post-truth,” ungkap Guru Besar bidang Ilmu Tanah tersebut.

Post-Truth adalah suatu era dimana kebohongan dapat menyamar menjadi kebenaran dengan cara memainkan emosi dan perasaan netizen.

Baca juga :   Jajaki Kerja Sama, Guru Besar Law School Monash University Kunjungi UMY

“Yang sekarang bapak-ibu pegang (informasi) sebagai sebuah kebenaran itu adalah kebenaran yang palsu, kebenaran yang dipalsukan. Post-Truth itu kalau bahasa Jawa-nya, pembenaran. Beda dengan the truth, itu kebenaran,” tandasnya.

Fenomena post-truth ini disebut Prof. Gunawan dapat membuat manusia menjadi bodoh. Bahkan menurutnya, sekarang ini telah banyak ustad jadi-jadian, syekh atau gus mengaku habib tanpa keabsahan yang jelas.

“Jadi, handphone itu bukan pertanda modernitas kehidupan, handphone itu adalah bentuk keterjajahan informasi. Karena itu, Muhammadiyah kalau tidak masuk ke sini, kalah. Siapa yang memberikan informasi, itu yang menang,” tegas Gunawan.

Karena itu, Prof. Gunawan meminta kepada para guru-guru dan masyarakat yang hadir untuk dapat menyiapkan generasi muda menjadi generasi yang siap bertanding sehingga generasi muda saat ini tidak menjadi generasi instan yang mudah dimanja oleh berbagai fasilitas dan informasi.

Baca juga :   Rocky Gerung Sebut Ahmad Dahlan Bangun Jogja Jadi Kota yang Berpikir

Sebab, menurut Prof. Gunawan, rusaknya generasi dapat disebabkan oleh orang tua yang tidak bisa mengendalikan arus informasi yang didapatkan oleh anak/siswa melalui handphone.

Prof. Gunawan pun memperingatkan untuk menjaga generasi muda agar tidak termakan oleh isu sekuler, karena jika hal itu terjadi, maka generasi muda nantinya akan menjadi generasi zonk, generasi kosong-kosongan.

“Bapak ibu jangan pernah mencetak robot, harus mencetak murid yang tangguh, punya kepribadian Islam dan tidak manja, yang mengajarkan pengetahuan bagaimana cara untuk bertahan hidup,” pungkas Gunawan. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *