INDOSatu.co – YOGYAKARTA – Penyakit jantung bawaan (PJB) kritis menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi pada bayi yang baru lahir. Penyakit ini seringkali terlambat untuk didiagnosis, sehingga perlu dideteksi lebih dini dengan menggunakan alat skrining yang sederhana yang dinamakan pulse oksimeter.
Pernyataan tersebut disampaikan oleh Dosen Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) Universitas Gadjah Mada, Prof. dr. Indah Kartika Murni, M.Kes., Sp. A (K)., Ph.D. , dalam pidato pengukuhan dirinya sebagai Guru Besar di bidang Ilmu Kesehatan Anak, belum lama ini.
Dalam pidato pengukuhannya yang berjudul “Implementasi Skrining Penyakit Jantung Bawaan Kritis Menggunakan Pulse Oksimeter Pada Bayi Baru Lahir: Menerapkan Bukti Lokal Menjadi Kebijakan Nasional”, Prof Indah menerangkan kawasan Asia menyumbang kejadian PJB terbanyak di seluruh dunia.
Padahal, pada fasilitas kesehatan tingkat pertama dapat menggunakan pulse oksimeter untuk bayi baru lahir dan memeriksa saturasi oksigen yang hemat biaya, tidak melukai bayi dan mudah dilakukan untuk mendeteksi PJB kritis.
“Skrining dengan alat ini sudah rutin dilakukan di berbagai negara. Setelah enam tahun, ditemukan penurunan 33 persen dari kematian PJB kritis,” katanya.
Ia menambahkan bahwa, pada tindak lanjut skrining PJB kritis, terdapat juga alat ekokardiografi yang digunakan untuk menegakkan diagnosis PJB. Namun, tak banyak dokter subspesialis jantung di Indonesia yang dapat melakukan diagnosis PJB dengan alat ini.
“Karena itu, perlunya peningkatan kemampuan untuk melakukan ekokardiografi untuk membantu dalam pemeriksaan diagnosis penyakit jantung bawaan pada anak,” katanya.
Prof. Indah menerangkan bahwa PJB kritis adalah permasalahan kesehatan yang besar pada bayi baru lahir di Indonesia. Akan menimbulkan kematian apabila tidak dideteksi secara cepat. Keterlambatan diagnosis memerlukan skrining pulse oksimeter untuk deteksi dini PJB kritis.
”Dengan penerapan yang saat ini telah dilakukan di seluruh layanan kesehatan di Indonesia, diharapkan dapat menurunkan angka kematian bayi akibat PJB kritis,” bebernya.
Sementara itu, Ketua Dewan Guru Besar, Prof. Dr. Muhammad Baiquni, MA, menyampaikan bahwa, Prof. Indah merupakan salah satu dari 452 guru besar aktif di Universitas Gadjah Mada. Di tingkat fakultas, ia merupakan salah satu dari 63 guru besar aktif dari 131 guru besar yang pernah dimiliki Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FK-KMK) UGM. (*)