INDOSatu.co – JAKARTA – Menteri Pertahanan Prabowo mengungkapkan pentingnya belajar dari sejarah masa lalu. Tak hanya itu, dia juga mengingatkan bahwa penjajahan yang dialami bangsa Indonesia di masa lalu harus menjadi penanda agar tetap menjaga dan mempertahankan kemerdekaan.
Menurut Prabowo, hal itu penting diingat agar bangsa Indonesia tidak mengulangi kesalahannya di masa lalu.
Meski perang bukan sesuatu yang baik, kata Prabowo, sejarah manusia mengatakan bangsa yang ingin damai dan merdeka adalah bangsa yang siap menghadapi perang.
Hal tersebut disampaikan Prabowo saat menjadi keynote speech pada webinar bertajuk Optimalisasi Industri Pertahanan Dalam Konteks Kepentingan Nasional RI di Abad 21, Jumat (9/7).
“Jika menghendaki damai, kita harus siap perang. Kalau terjadi perang, kita tidak bisa buru-buru ke supermarket untuk beli alat perang. Tidak ada alat perang yang kita bisa beli langsung, tidak ada,” lanjut Prabowo.
Prabowo juga menjelaskan lamanya waktu yang dibutuhkan untuk belanja alutsista.
Jika saat ini pemerintah punya uang dan sudah memutuskan untuk beli alutsista tertentu, lanjut dia, maka alutsista tersebut tidak akan datang saat ini juga.
“Kita beli hari ini tanda tangan kontrak, datangnya 6 tahun lagi. Pesawat pertama mungkin bisa datang tiga tahun, kemudian seterusnya. Jadi kita mungkin baru punya satu atau dua skadron setelah enam tahun. Nah sekarang sampai enam tahun bagaimana kita hadapi kalau ada ancaman?” kata Prabowo.
Untuk itu, Prabowo berharap tidak akan ada ancaman terhadap Indonesia.
Ia mengungkapkan pentingnya membuat rencana pertahanan berdasarkan perhitungan yang matang.
“Kita berharap tidak terjadi ancaman. Kita berdoa tidak terjadi invasi. Tapi para perancang negara, terutama mereka-mereka yang diberi tanggung jawab di bidang pertahanan dan keamanan, kita tidak bisa menyusun kebijakan berdasar harapan. Kita tidak bisa menyusun rencana berdasar doa. Doa perlu, tapi rencana tidak bisa didasarkan atas doa dan harapan,” kata Prabowo. (*)