Pesan Idul Adha, Haedar: Umat Islam Harus Tebar Kebaikan untuk Pancarkan Kesalehan

  • Bagikan
SALING HORMATI PERBEDAAN: Suasana salat Idul Adha yang digelar warga Persarikatan Muhammadiyah yang merayakan Hari Raya Idul Adha 1443 Hijriyah pada Sabtu (9/7), di Jakarta.

INDOSatu.co – JAKARTA – Umat Islam, khususnya warga Muhammadiyah harus menebar kebaikan kolektif, agar bisa memancarkan kesalehan, yang tak hanya dilakukan pada momentum Hari Raya Idul Adha, tapi juga dilakukan pada hari-hari biasa.

Ajakan mulia tersebut disaampaikan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir saat menjadi khatib dalam salat Idul Adha 1443 Hijriah, di Jakarta pada Sabtu (9/7), hari ini.

“Kaum muslimin yang berkemampuan untuk menjalankan ibadah kurban serta salat sunah Idul Adha, kita harapkan dua hal. Satu, menebar benih kesalehan kolektif,” ujar Prof Haedar dikutip dari pidatonya yang berjudul Refleksi Idul Adha 1443 Hijriah.

Baca juga :   Resmikan Masjid As Syifa, Haedar Ngaku Bangga pada Amal Usaha Muhammadiyah Lamongan

Menurut Prof Haedar, seluruh ibadah dalam Islam melahirkan jiwa yang selalu dekat dengan Allah. Dengan taqarrub kepada Allah, maka umat Islam akan menjalankan semua hal dalam kehidupan ini dengan baik dan jujur, serta tidak punya ruang untuk melakukan penyimpangan harta.

Prof Haedar mengatakan, orang yang dekat dengan tuhan akan selalu memancarkan kesalehan dalam hidup. Menurut dia, kesalehan itu juga harus berbagi dengan yang lain.

“Kesalehan itu menjadi milik bersama dalam membangun keadaban publik di tengah era media sosial dan kehidupan era revolusi 4.0,” ucap dia.

“Kita mesti menjadi bangsa, menjadi umat yang berkeadaban mulia, baik di dalam tutur kata, menulis, mereaksi berbagai hal, tentu keadaban publik menjadi contoh teladan,” lanjut Prof Haedar.

Baca juga :   Sesuai Konstitusi, Pendidikan Indonesia Tidak Boleh Dibawa ke Arah Sekuler-Liberalistik

Prof Haedar juga berharap, agar umat Islam menebar hidup rukun bersama. Menurut dia, kaum muslimin maupun umat beragama di Indonesia harus bisa menjadikan agama dan nilai-nilai kehidupan kebangsaan untuk merekat kebersamaan dan persatuan.

“Kita bisa maju, kita bisa jaya, kita bisa menjadi bangsa yang unggul karena kita bersatu, hatta di saat kita berada, termasuk di dalam menghadapi perbedaan Idul Adha,” kata Prof Haedar.

Prof Haedar berharap, ke depannya kaum muslimin, baik di Indonesia maupun di belahan dunia, diupayakan memiliki satu kalender internasional atau kalender global yang memberikan kepastian.

Baca juga :   Khotmil Quran Awali Prosesi Sambut Hari Jadi Lamongan (HJL) ke-454

“Tetapi sembari itu kita lakukan, di tengah kita berbeda, kita harus saling tasamuh, menghormati, menghargai, dan tidak tidak ada yang ingin mendominasi,’’ kata guru besar Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu.

Meskipun pemerintah yang menentukan hari dan tanggal Idul Adha, Haedar berharap juga bersikap toleran dan mengayomi di tengah keberagaman. “Kita harapkan juga pemerintah bersifat toleran, mengayomi, sekaligus menjadi tempat bersandar di tengah keragaman, sehingga pemerintah tidak perlu bersifat monopolik,” kata Prof Haedar. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *