INDOSatu.co – LAMONGAN – Petani di Kabupaten Lamongan bertekad memperkuat dan menerapkan kapasitas standar pertanian guna meningkatkan hasil produktivitas, khususnya padi dan jagung untuk memantapkan ketahanan pangan nasional. Tekad tersebut terungkap melalui kegiatan bimbingan teknis (bimtek) yang diselenggarakan oleh Badan Standarisasi Instrumen Pertanian (BSIP).
Kepala BSIP Jawa Timur, Atekan mengatakan, hasil produk pertanian di Indonesia sangat beragam. Namun, kata dia, seringkali hasil pertanian belum mampu bersaing di pasar internasional. Hal itu disebabkan mutu pertanian yang kurang bagus. Sehingga, BSIP berkomitmen untuk meningkatkan kapasitas dan implementasi penerapan standar pertanian yang ada.
“Kita harapkan dengan BSIP ini, bisa mengawal produk-produk pertanian agar bisa menjadi lebih baik, kualitas lebih baik, dan tentu saja nanti kita harapkan ada nilai tambah dari produk pertanian yang kita hasilkan,” ungkap Atekan di Aula Gajahmada Pemda Lt. 7, Senin (18/12).
Sementara itu, Bupati Lamongan Yuhronur Efendi (Pak Yes) mengatakan, ketahanan pangan menjadi benteng akhir kedaulatan negara. Guna memperkuat hal tersebut, Pemerintah Kabupaten Lamongan terus memasifkan berbagai upaya untuk memperkuat kedaulatan pangan daerah.
“Kalau ketahanan pangannya sudah jebol, tidak ada lagi yang bisa menjadi benteng kedaulatan negara kita. Karena itu, harus terus dikembangkan kedaulatan pangan ini untuk meningkatkan produktivitas pertanian, khususnya padi dan jagung Kabupaten Lamongan,” ungkap Pak Yes saat membuka Bimtek Penguatan Kapasitas Penerapan Standar Peningkatan Padi dan Jagung.
Konsistensi Pemerintah Daerah dalam mempertahankan ketahanan pangan, kedaulatan, dan produktivitas pangan membuahkan hasil positif bagi petani maupun daerah, dan itu bias dilihat melalui Lamongan menjadi daerah penyumbang beras nomor 1 di Jawa Timur sekaligus menempati peringkat ke 5 secara nasional.
Pak Yes menyebutkan, pada 2022, hasil produksi padi di Kabupaten Lamongan mencapai 1,2 juta ton. Sementara, di tahun 2023 ini ada sedikit penurunan menjadi 1,1 ton yang diakibatkan perubahan cuaca. Sedangkan, produksi jagung di Kabupaten Lamongan mengalami kenaikan produktivitas secara signifikan dari 480.000 ton di tahun 2022, menjadi 560.000 ton pada tahun 2023.
Meski demikian, Pak Yes menyebut, pertanian di Kabupaten Lamongan masih memiliki berbagai tantangan, mulai dari curah hujan yang tidak menentu, ketersediaan pupuk, serangan hama dan penyakit, ketersediaan pasar dan stabilitas harga, permodalan, serta peningkatan pengetahuan dan keterpilan petani.
“Perlu peningkatan pengetahuan dan keterampilan bagi petani berdasarkan pengalaman-pengalaman. Dan hari ini kita berterima kasih kepada BSIP yang pada kesempatan ini, saya yakin bisa menambah kapasitas keterampilan dan pengetahuan para petani di Kabupaten Lamongan,” imbuh Pak Yes.
Dihadapan para pendamping pertanian, penyuluh pertanian, penangkat pertanian, dan pelaku usaha (petani) di 24 kecamatan, Pak Yes berpesan para penyuluh untuk menempatkan diri sebagai motivator dan fasilitator bagi para petani di daerahnya. Sekaligus mendorong petani untuk berorganisasi dalam bentuk sekolah lapangan hingga lainnya.
“Kepada para penyuluh terus menjadi penyedia informasi bagi para petani. Jangan sampai penyedia informasi ini tidak tahu apa-apa, karena penyuluh ini yang akan ditanya oleh para petani. Jadi, harus mengetahui apapun, pengetahuannya harus lebih dari petani,’’ pungkas Pak Yes. (*)