Peringatan Bagi Capres Lain, Anthony: Anies Usung dan Menuju Politik Kebangsaan

  • Bagikan
RESPON EFISIENSI: Anthony Budiawan, Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) menyikapi pemotongan anggaran Rp 306,7 triliun yang dilakukan oleh Presiden Prabowo Subianto.

INDOSatu.co – JAKARTA – Para pesaing boleh menilai pencapresan Anies Baswedan oleh Nasdem terlalu dini, prematur. Bahkan, sah-sah saja menganggap Anies belum menjadi capres yang sesungguhnya, karena belum memenuhi presidential threshold 20 persen. Artinya, masih banyak ketidakpastian, bisa berubah di tengah jalan.

Statemen tersebut diungkapkan oleh Anthony Budiawan, Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS) menyikapi pro-kontra terkait pencalonan Gubernur DKI Jakarta tersebut.

Namun demikian, kata Anthony, sambutan masyarakat saat ini cukup antusias. Bahkan, sangat antusias, meski menuai kontroversi. Sudah ada pihak yang mengatakan atau ‘berpendapat’ bahwa Anies akan memainkan politik identitas dalam pilpres 2024 mendatang. Di lain sisi, banyak pihak pula yang melihat ‘pendapat’ tersebut hanya upaya membentuk opini, untuk menjauhkan pemilih.

Baca juga :   Soal Klaim Rhoma Gabung Golkar, Surya Aka: Itu Guyonan Pak Airlangga

‘’Tetapi yang perlu diwaspadai, justru pembentukan opini seperti ini bisa menjadi bumerang, dan berakibat fatal bagi capres lawan. Tidak efektif dan tidak produktif,’’ kata Anthony Budiawan kepada INDOSatu.co, Ahad (16/10).

Sebab, kata Anthony, pertama, Anies dicalonkan sebagai capres 2024 oleh partai Nasdem, partai Nasional Demokrat, partai nasionalis dengan politik solidaritas. Dengan kata lain, Anies tidak didukung, atau belum didukung, oleh partai islam.

Kedua, kata dia, Anies didukung secara terang-terangan oleh Organisasi Masa Pemuda Pancasila, yang menganut prinsip nasionalis dan pancasilais. Bahkan, Anies diberikan kartu anggota. Dalam pidatonya, Ketua Umum Pemuda Pancasila, Japto Soelistyo Soerjosoemarno, mengatakan anggota Pemuda Pancasila wajib memilih Anies.

Baca juga :   Anies Kenang Rizal Ramli, Ekonom Konsisten Perangi Korupsi dan Praktik Penyimpangan

Ketiga, ungkap Anthony, dan ini yang menjadi pukulan telak bagi Ganjar Pranowo dan Hasto Kristiyanto. Anies malah digelari karpet merah dan diundang untuk memberi sambutan dan sekaligus membuka acara Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI), di mana Ganjar dan Hasto merupakan alumni GMNI.

Publikpun bertanya-tanya, mengapa Anies, mengapa bukan Ganjar atau Hasto? Rapimnas GMNI di Ancol pada 15 Oktober 2022 mengambil tema “Nasionalis Kolaboratif”, sejalan dengan politik solidaritas-nya Nasdem.

Ketiga hal di atas, kata Anthony, menunjukkan bahwa Anies sedang menuju dan menjalankan politik persatuan, politik solidaritas, dan kolaboratif, yang intinya politik kebangsaan.
Karena itu, lawan Anies dalam kontestasi pilpres 2024 nanti harus ekstra hati-hati. Tuduhan politik identitas akan menjadi bumerang. Karena semua itu tidak terbukti, bahkan terkesan hanya fitnah. Perlu diingat, seseorang semakin ‘teraniaya’, maka akan semakin populer.

Baca juga :   Kurs Rupiah Kian Anjlok, Prabowo Tak Bisa Hindari Rasio Utang

Kedepan, kata Anthony, seorang capres harus mengedepankan program dalam kampanyenya, bukan menyudutkan pihak lain, atau kampanye hitam yang akan menjadi bumerang.
Sebagai capres 2024, ungkap dia, Anies mendapat banyak keuntungan. Mendapat publikasi lebih awal dan lebih masif, dari capres-capres lainnya yang belum muncul.

”Kalau partai politik lainnya menunda pengumuman capresnya, maka semakin sulit mengejar popularitas Anies,” pungkas Anthony. (adi/red)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *