Penutupan USAID Bisa Hambat Riset, Pendidikan dan Kesehatan di Indonesia

  • Bagikan
BERDAMPAK POSITIF: Kiprag USAID selama ini dianggap membantu berbagai riset, pendidikan, kesehatan dan lain-lain. Sayangnya, bantuan dari USAID itu bakal dihentikan oleh Presiden AS Donald Trump.

INDOSatu.co – SURABAYA – Kebijakan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, untuk menutup United States Agency for International Development (USAID) membawa dampak besar bagi banyak negara, termasuk Indonesia.

Pakar Hukum Universitas Muhammadiyah Surabaya (UM Surabaya) Satria Unggul Wicaksana Prakasa menyebut, kebijakan pemotongan dana bantuan luar negeri oleh Trump, termasuk penghentian USAID, akan berdampak buruk bagi negara-negara mitra, termasuk Indonesia.

Menurut Satria, USAID memiliki rekam jejak panjang dalam berbagai bidang, termasuk bantuan di bidang kesehatan, pendidikan, riset, serta isu antikorupsi. Dia menekankan bahwa penghentian bantuan ini akan menghambat upaya penyelesaian berbagai permasalahan sosial.

“Artinya ketika berbicara tidak lagi ada bantuan dari Donald Trump, ini sebenarnya menjadi problem, menjadi persoalan yang mengurangi intensitas atau strategi di dalam mengatasi problem-problem sosial lainnya,” kata Satria kepada wartawan, Jumat (14/2).

Baca juga :   Minta Semua Matra Dikerahkan, Bamsoet: Tumpas KKB sampai Habis

Karena itu, Satria menyarankan, pemerintah segera mencari sumber pendanaan lain guna mengisi kekosongan yang ditinggalkan USAID, terutama dalam sektor kesehatan dan pendidikan tinggi.

Lebih lanjut, ia menambahkan bahwa, meskipun kebijakan ini merupakan keputusan kedaulatan AS yang harus dihormati, kontribusi USAID selama ini telah memberikan dampak positif di banyak sektor, termasuk hingga ke tingkat akar rumput.

“Kemudian di bidang pendidikan, termasuk riset dan penegakan hukum di dalam banyak skema dengan mitra-mitra strategis yang dimilikinya. Ketika kemudian bantuan ini dicabut, tentu akan mengurangi strategi kita di dalam mengatasi problem-problem yang menghambat Indonesia untuk maju,” tuturnya.

Baca juga :   Diterima Presiden, Haedar Minta Jokowi Buka Muktamar ke-48 Muhammadiyah-Aisyiah di Solo

Meski demikian, Satria juga menekankan agar Indonesia tidak boleh bergantung atau didikte pada satu sumber bantuan saja dan harus mempertimbangkan alternatif yang lain.

Satria menyoroti, bahwa tidak semua bantuan luar negeri selalu berdampak positif. Dia mencontohkan bagaimana bantuan dari pemerintah Norwegia dalam isu deforestasi justru menghambat perkembangan sains di Indonesia.

Di sisi lain, Satria mengakui bahwa berbagai program USAID, seperti USAID PEER (Partnerships for Enhanced Engagement in Research) dan USAID Integritas, telah memberikan kontribusi besar dalam mendukung riset dan pengembangan ilmu pengetahuan di Indonesia.

Baca juga :   Jemaat Ahmadiyah Berduka. Amir JAI Meninggal Dunia, Sumbang Kornea

“Dan banyak skema yang USAID berikan itu sebenarnya cukup banyak membantu periset atau lembaga-lembaga kampus untuk mendorong temuan-temuan. Dan tentu ditindaklanjuti dalam aktivitas yang bersifat programatik,” imbuhnya.

Kata Satria banyaknya bantuan dana yang diberikan oleh USAID ini sangat baik sebenarnya untuk membangun ekosistem riset dan kemajuan teknologi.

Namun, dia kembali menegaskan bahwa Indonesia harus segera menyiapkan strategi alternatif untuk menggantikan peran USAID agar pembangunan dan pemenuhan hak dasar masyarakat tidak terganggu. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *