Pembunuhan Ismail Tidak Akan Lemahkan Palestina

  • Bagikan
JALAN MENUJU SYAHID: Penampakan pasukan Hamas yang akan terus melakukan perlawanan atas pendudukan Israel di wilayah Palestina. (foto: tangkapan layar)

ISRAEL boleh saja pongah, bahkan memprediksi semangat perlawanan rakyat Palestina akan surut setelah pembunuhan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh. Tapi, itu tidak akan menjadi kenyataan.

Perlawanan rakyat malah akan semakin marak. Khususnya perlawanan dari sayap militer yang berhimpun di Hamas. Tekad pasukan Hamas untuk mengenyahkan Israel makin berkobar.

Pembunuhan terhadap pemimpin perlawanan sudeh berkali-kali terjadi. Samangat perlawanan rakyat toh tidak melemah juga. bahkan, perlawanan Hamas makin lama besar. Ibaratnya mati satu tumbuh seribu. Mengapa mereka bisa seperti itu?

Pertama, rakyat Ghaza sudah terbiasa dengan penindasan yang dilakukan zionis Israel. Intimidasi, todongan senjata, pemukulan keroyokan, dan bentuk-bentuk kekerasa lainnya dilakukan setiap hari oleh tentara dan polisi Israel.

Baca juga :   Megawati Soekarnoputri dan Perjuangan Rakyat Semesta

Selama 20 tahun ini hampir setiap hari tentara Israel membunuh penduduk Palestina baik itu di wilayah Tepi Barat maupun di Ghaza. Tidak ada hari tanpa kekejaman dan kesadisan Israel. Disaat ada beberapa yang terbunuh, ternyata lahir dan tumbuh kader maupun pasukan Hamas muda lainnya.

Kedua, kehidupan normal rakyat Ghaza sama dengan suasana di dalam penjara. Banyak orang yang menjuluki Ghaza sebagai penjara terbesar di dunia. Penghuninya lebih dari dua juta orang. Kelaparan, kekurangan air, kehabisan bahan bakar, fasilitas kesehatan dan pendidikan yang minim adalah kondisi biasa bagi rakyat Ghaza.

Ketiga, kelihatannya rakyat Ghaza sejak lahir secara otomatis terbekali dengan kesadaran bahwa zionis Israel minimal akan menindas mereka kalau tidak menghabisi mereka. Keberanian rakyat menghadapi kekerasan dan kesadisan bagaikan “built-in” (terbangun sendiri) di dalam pikiran mereka.

Baca juga :   Masa Depan Gen-Z dan Tantangannya

Begitulah edukasi alami yang dilalui rakyat Ghaza, khususnya dan juga warga Palestina yang bermukim di Terpi Barat. Ditembak mati oleh sniper (penembak tersembunyi) atau oleh tentara pendudukan Israel sudah sangat lumrah.

Banyak lagi bentuk kezaliman lain yang dirasakan rakyat Palestina, termasuk di Ghaza. Misalnya, kesewenangan Israel merobohkan rumah-rumah warga Palestina untuk mereka rampas dan jadikan perumahan mewah orang Yahudi. Sudah tak terbilang lagi. Dan merampas tanah merupakan strategi Israel untuk memperkecil wilayah Palestina.

Tujuannya adalah untuk memperlihatkan kepada masyarakat internasional bahwa secara de-facto Israel-lah yang berkuasa. Dengan begitu Israel mempersempit peluang “two state solution” (penyelesaian dua negara). Mereka akan mengatakan bahwa penyelesaian dua negara (Israel dan Palestina merdeka) tidak lagi memiliki landasan hukum.

Baca juga :   Mencermati Peranan Militer ke Depan (Refleksi 25 Tahun Reformasi Politik)

Israel bisa berteori bahwa pembunuhan Ismail Haniyeh akan menyurutkan semangat perlawanan. Keliru total. Melalui kaderisasi sistematis dan kaderisasi alamiah, rakyat Palestina di Ghaza tidak mungkin kehabisan personel perlawanan.

Ismail Haniyeh adalah dan hanyalah satu diantara kader-kader cerdas Palestina yang tak disukai zionis Israel. Banyak lagi yang akan tampil ke permukaan untuk meneruskan perlawanan politik dan militer untuk Palestina. Jadi, jangan pernah menyangka bahwa semangat perlawanan Palestina akan melemah. (*)

Asyari Usman;
Penulis adalah Jurnalis Senior Freedom News.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *