SELAMA satu dekade terakhir, kita telah menyaksikan bagaimana kebijakan pemerintah lebih banyak mengandalkan bantuan sosial (bansos) untuk meredam ketimpangan ekonomi. Bansos memang memberikan manfaat instan bagi mereka yang berada di garis kemiskinan.
Tetapi apakah itu solusi jangka panjang? Sayangnya, dampak kebijakan ini kerap mengerdilkan potensi rakyat, seolah-olah kita hanya mampu menjadi penerima, bukan pencipta solusi. Bansos adalah candu.
Kebijakan pemerintahan Jokowi yang gemar membagikan bansos kepada masyarakat, di satu sisi terlihat seperti bentuk kepedulian, tetapi di sisi lain, menunjukkan ketidakhadiran negara dalam melindungi rakyatnya. Ketika negara sibuk mendistribusikan bantuan sosial, kesempatan kerja justru ditutup dengan maraknya penggunaan tenaga kerja asing, terutama dari Tiongkok, untuk pekerjaan yang sebenarnya bisa dilakukan oleh tenaga kerja lokal.
Bukannya memberdayakan masyarakat rentan, negara hadir dalam bentuk yang seolah-olah menina bobokkan rakyat. Akibatnya, masyarakat menjadi tidak produktif dan tercipta ketergantungan yang berkepanjangan.
Di tengah kebijakan bansos yang masif ini, ada kenyataan pahit yang sering terabaikan: banyak kepala keluarga dari keluarga miskin yang sebenarnya mampu bekerja untuk menafkahi keluarganya, tetapi tidak diberi kesempatan. Bansos yang seharusnya menjadi jaring pengaman sementara justru berubah menjadi sandaran hidup, melemahkan motivasi dan kepercayaan diri rakyat untuk mandiri.
Pemerintahan Jokowi nampaknya abai terhadap persoalan yang menyangkut kebutuhan produktif masyarakat, Jokowi lebih menikmati keriuhan masyarakat menerima lemparan – lemparan bansos dari atas mobil sambil tersenyum gagah seolah dialah sang penyelemat.
Senyuman Jokowi sambil melemparkan bansos kepada masyarakat, tak ubahnya senyuman sang raja yang ingin dielu elukan rakyat sebagai orang baik, padahal sejatinya Jokowi sedang mempermalukan rakyat dengan caranya , bahwa masyarakat ini rendah, hanya sekedar bansos, rakyat akan bisa diatur dan dikendalikan.
Tentu hal ini tak boleh berulang lagi di pemerintahan yang baru. Pemerintahan baru harus lebih berpihak kepada rakyat dengan memberi banyak kesempatan bekerja, agar mereka produktif dan mampu menghasilkan sesuatu untuk keberlanjutan dirinya dan keluarganya.
Pak Prabowo, kami percaya bahwa sudah saatnya pemerintahan Anda membawa perubahan nyata. Model bantuan sosial harus dirombak total, dari pemberian bansos yang bersifat konsumtif menjadi kebijakan yang memberdayakan. Pemerintah harus memberi kesempatan kerja kepada masyarakat rentan, membuka akses pelatihan keterampilan, dan menciptakan ekosistem pekerjaan yang berkelanjutan. Dengan pendekatan ini, rakyat tidak hanya akan merasa diberdayakan, tetapi juga mampu mengangkat martabat keluarganya.
Pak Prabowo, jangan permalukan kami lagi, kami tidak menolak bansos, tetapi kami ingin melihatnya sebagai jaring pengaman terakhir, bukan andalan utama. Kepala keluarga dari keluarga miskin harus diberi akses pada pekerjaan yang layak, agar mereka bisa berdiri di atas kaki sendiri dan memutus rantai ketergantungan.
Kebijakan kerja yang inklusif dan melibatkan rakyat lokal adalah wujud nyata kehadiran negara dalam melindungi dan memberdayakan rakyatnya. Bangsa ini membutuhkan pekerjaan, bukan pemberian. Kami percaya, Anda dapat membawa Indonesia menuju era kemandirian ekonomi yang lebih berkeadilan, di mana rakyat diberi kesempatan untuk bekerja dan berkontribusi bagi negeri sendiri.
Pak Prabowo, kami ingin sejajar dengan bangsa-bangsa lain, bahwa kami dipandang sebagai manusia bermartabat yang hidup di bumi merdeka, kami juga bisa menjadi warga yang produktif yang pada akhirnya kami tak ingin menjadi beban negara.
Kami sudah sangat tahu, bahwa beban bapak dan beban negara ini sudah sangat berat, negara harus melindungi dan mensejahterakan kami, namun kebijakan pemerintahan masa lalu yang ditinggalkan Jokowi yang mencederai dan memarginalkan kami, membuat jalan bapak menerima warisan pemerintahan ini tertatih tatih.
Kami tak ingin menambah beban bapak dengan bantuan sosial, kami hanya berharap kepada bapak, perlakukan kami sebagai warga negara dan rakyat bapak secara bermartabat, beri kami kesempatan bekerja, bukan lagi bansos. (*)
M. Isa Ansori;
Penulis adalah Kal8mnis dan Akademisi, tinggal di Surabaya.