INDOSatu.co – JAKARTA – Pemilu dan Pilpres 2024 harus berlangsung luber, jurdil dan bermartabat. Karena itu, siapapun yang menjadi pemanang, wajib bagi semua pihak, termasuk para kontestan untuk menghormati. Harapannya, agar pemerintahan ke depan itu legitimate, tak hanya diakui secara nasional, tetapi juga dunia internasional.
Karena itu, Eggi Sudjana, pengacara senior dan aktvitis ini, pemilu dan pilpres tidak boleh terjadi kecurangan. Karena kecurangan itu hanya akan menjadikan keutuhan bangsa ini akan terganggu. Dari tiga pasangan calon presiden dan cawapres, Eggi meyakini dan optimistis bahwa pasangan capres nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar (AMIN) akan menang dalam kontestasi Pilpres 2024.
“Saya sangat yakin dan optimistis pasangan AMIN akan memenangkan pertandingan ini. Namun ada berita juga yang tidak enak yang saya dengar: ‘Anies menang tapi yang dilantik bukan Anies, orang lain yang dilantik’. Nah, kalau memang hal itu yang akan terjadi, sudah saatnya revolusi,” tegas Eggi Sudjana di sela acara Tabligh Akbar, Doa Bersama, dan Deklarasi Dukungan terhadap Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar di kawasan Condet, Jakarta Timur, Sabtu (20/1).
Istilah bahasa Sunda, lanjut Eggi, tidak usah lagi cicing wae (diam saja, Red.). Kalau seperti itu maka tidak akan ada perubahan. Eggi mengingatkan secara objektif, secara otentik, secara orisinal pasangan AMIN menang tapi yang dilantik orang lain, maka dari itu hanya satu kata: Revolusi. ”Pasti kita semua akan sepakat,” tegas Eggi Sudjana dengan suara serak yang menjadi ciri khas bicaranya.
Dari tiga capres, menurut Eggi, hanya pasangan Anies-Muhaimin yang membawa jargon perubahan. Sedangkan paslon nomor urut 2 dan nomor urut 3 memiliki jargon melanjutkan.
“Karena itu, saya optimistis, seluruh rakyat Indonesia, tidak hanya di daerah Condet, pasti berharap akan ada perubahan di negeri tercinta ini,” ujar Eggi, yang menjadi caleg PKS nomor urut 2 dari Dapil Jawa Timur III (Banyuwangi, Bondowoso, dan Situbondo) ini.
Menurut dia, Indonesia adalah bangsa yang besar, tapi masalah besar yang dihadapi saat ini adalah masih ketakutan kepada orang lain, bukan kepada Allah.
“Kita adalah orang-orang yang beriman yang lebih banyak ada di Indonesia dan bertaqwa kepada Allah. Maka keimanan kita dan ketakwaan kita akan diridhai, jangan takut selain kepada Allah,” tegas Eggi.
Dia mengatakan, bangsa Indonesia sejak tahun 1962 sudah ‘dikuasai’ oleh Amerika Serikat, dan saat ini juga China sudah masuk, lalu rakyat Indonesia akan jadi seperti apa dan dapat apa?
“Rakyat harus bangkit meninggalkan keterpurukan ini. Negara harus bangkit pula untuk menyejahreakan seluruh rakyat Indonesia,” tutup Eggi. (*)