Ngaku Santri, Moeldoko Kenang Waktu Kecil Tidur di Surau dan Ngaji kepada Kyai

  • Bagikan
PENDIDIKAN KARAKTER: Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko (tengah) saat menghadiri acara Festival Al Banjari dan Pengajian Akbar di Ponpes Al Fatimah, Bojonegoro, Jumat (4/8) malam.

INDOSatu.co – BOJONEGORO – Ribuan santri dan wali santri membanjiri lapangan Pondok Pesantren Modern Al Fatimah Bojonegoro untuk menyaksikan Festival Al Banjari Piala Masjid Moeldoko dan pengajian akbar yang digelar meriah di lokasi setempat pada Jumat (4/8).

Dihadiri oleh Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Moeldoko beserta stafnya, Najib Muhammad Al Imam, pimpinan Ponpes Modern Al Fatimah, Forkopimda Bojonegoro, Polres Bojonegoro, dan Kodim 0813 Bojonegoro.

Tamam Syaifuddin, pimpinan Ponpes Modern Al Fatimah mengucapkan ribuan terima kasih kepada Kepala Staf Presiden (KSP) Moeldoko beserta staf karena telah hadir dalam acara meriah pada malam ini.

“Saya atas nama pimpinan Ponpes Modern Al Fatimah menyampaikan ribuan terima kasih atas kehadiran Bapak Dr. H. Moeldoko beserta staf yang sudah beberapa hari ada di Bojonegoro, dan dan pada malam ini hadir di ponpes Al Fatimah.” ucapnya dalam sambutan.

Baca juga :   ICW Pelajari Somasi yang Dilayangkan KSP Moeldoko

Selain itu, Tamam juga menyampaikan permohonan maaf apabila dalam penerimaan dan penyambutan maupun hidangan yang telah disediakan. Tak lupa, Tamam juga menjelaskan profil singkat mengenai Ponpes Modern Al Fatimah Bojonegoro.

“Ponpes Al Fatimah ini berdiri 16 tahun dan dalam perjalanannya dengan lembaga pendidikan dari TK, SD, SMP, SMA, dan tahun ini, alhamdulillah kami buka perguruan tinggi institut agama (PTIA) Islam Al Fatimah.” tutur Tamam.

Sementara itu, dalam kesempatan tersebut, KSP Moeldoko dalam sambutannya bahwa tujuan awal pelaksanaan Festival Al Banjari ini, yakni untuk memperkenalkan Masjid Moeldoko, di Jombang, Jawa Timur. Masjid tersebut merupakan wujud sisi religius sang mantan Panglima TNI.

Baca juga :   Yusril Fokus Gugatan, Kubu Demokrat AHY Ingatkan Moeldoko

Dalam kesempatan itu, Moeldoko menceritakan masa kecilnya yang juga merupakan seorang santri. “Moeldoko kecil dulu tidurnya di langgar/surau kecil ukuran 6 kali 6 meter, tidak ada alas, pagi jam 5 harus ngaji ke kyai saya, sepulang dari itu, saya digandeng ayah saya untuk ke sawah.” ucap Moeldoko.

Pria kelahiran Kediri ini menghabiskan masa kecilnya yang selalu berada di surau, sehingga hal itu menjadi memori dan menginspirasi Moeldoko untuk membangun masjid. Moeldoko juga menyampaikan bahwa festival ini merupakan bagian untuk membangun Sumber Daya Manusia yang berdaya saing melalui budaya untuk generasi muda, yaitu seperti kesenian Al Banjari.

Baca juga :   56.717 Domisili Warga Tuban Tak sesuai KK, Dukcapil: BPS Ngawur

Moeldoko berharap melalui festival Al Banjari ini mampu memunculkan sikap kompetitif guna menghadapi fenomena global. “Kita ini hidup di lingkungan global yang kompetitifnya luar biasa. Karena itu, perlu dilatih dengan berkompetisi, maka dengan festival Al Banjari ini, semoga mampu melatih sikap kompetitif para generasi muda.” tutur Moeldoko.

Moeldoko memiliki keyakinan penuh, bahwa pesantren dan tempat pendidikan yang lain adalah tempat penggemblengan karakter. Untuk itu, panjenengan sedoyo (hadirin semua) bisa menyekolahkan anak di sini (Al Fatimah).

‘’Disinilah karakter anak-anak kita digembleng, pembangunan Indonesia tidak cukup dengan pembangunan fisik semata. Karena itu, pemerintahan kedua Bapak Jokowi ini menanamkan pembangunan manusia ditaruh paling utama,” pungkas Moeldoko. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *