Menko Muhadjir: Budaya Bisa Lahir Setiap Menit, Bahkan Detik

  • Bagikan
SAMPAIKAN ORASI ILMIAH: Menko Bidang PMK, Muhadjir Effendy mengatakan, budaya tak sekedar estetika atau karya seni, tetapi harus melewati siklus internalisasi, eksternalisasi dan objektivasi.

INDOSatu.co — MALANG – Budaya kerap diidentikkan dengan estetika atau karya seni. Padahal, budaya tidak sesederhana itu dan perlu melewati beberapa siklus.

Pernyataan tersebut diungkapkan Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy saat menyampaikan Orasi Ilmiah dalam Pelantikan Pengurus Majelis Daerah KAHMI Kota Malang 2021-2026 di Regent’s Park Hotel, Kota Malang, Minggu (30/1).

Muhadjir menjelaskan, ada tiga siklus perkembangan budaya dalam diri setiap orang. Dimulai dari internalisasi atau proses memasukkan berbagai macam pesan objektif ke dalam diri seseorang hingga menghasilkan eksternalisasi yang kemudian dapat dirasakan orang lain atau yang disebut realitas objektif.

Baca juga :   Gelar ICCF 2024, Prof. Gunawan Ingin Atmosfer Internasional di UMY Terus Berkembang

“Tentu saja internalisasi budaya masing-masing orang berbeda, karena begitu masuk akan saling bersinggungan dengan kondisi mental masing-masing pribadi. Misal, ada mobil mewah lewat, kesan di alam bawah sadar orang berbeda-beda, ada yang menganggapnya memang mewah dan ada yang melihatnya biasa-biasa saja,” papar mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu.

Setelah proses internalisasi, budaya yang ditangkap oleh alam bawah sadar seseorang akan diolah dan bersinggungan dengan kondisi mental, sehingga menghasilkan eksternalisasi. Eksternalisasi itu kemudian dirasakan oleh orang lain dan menjadi sebuah realitas objektif.

“Baik internalisasi, eksternalisasi, maupun objektivasi, itu sebetulnya hanya bisa dijelaskan secara teori saja. Pada praktiknya adalah, sesuatu yang sangat kompleks dan dinamis. Proses inilah yang sebetulnya melahirkan budaya,” jelas Muhadjir yang juga mantan ketua HMI Cabang Malang ini.

Baca juga :   Ahmad Basarah Jadikan Prasasti Kimilsungia Simbol Gerakan Kemerdekaan Palestina

Bahkan, kata Muhadjir, budaya mungkin saja lahir setiap menit ataupun detik. Selama ada proses objektivasi, internalisasi, dan eksternalisasi, budaya itu disinyalir akan terus terjadi.

Sementara dari segi filsafat, mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu mengutarakan, ada tiga hal yang mencakup budaya, yaitu ontologi, episdemologi, dan aksiologi. Adapun ontologi berkaitan dengan jawaban atas segala jenis pertanyaan “apa”; epidemologi “bagaimana”; dan aksiologi “untuk apa”.

Baca juga :   Jadi Tuan Rumah Konferensi AAS-in-Asia 2024, UGM Ingin Tampil Kekhasan Tersendiri

“Budaya tersebut mencakup semua itu. Baik yang berkaitan dengan apa, bagaimana, dan untuk apa,” tandas Muhadjir.

Muhadjir menyampaikan Orasi Ilmiah tersebut saat menghadiri Pelantikan Pengurus Majelis Daerah Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) Kota Malang Periode 2021-2026. Pada kesempatan itu, ia sekaligus menegaskan peran KAHMI dalam kemaslahatan publik di era distrupsi.

Turut hadir, Walikota Malang Sutiaji, Sekretaris Jenderal Majelis KAHMI Nasional Manimbang Kahariady, Presidium Majelis Wilayah KAHMI Jawa Timur, Pembina Majelis Daerah KAHMI Kota Malang, Dewan Pakar Majelis Daerah KAHMI Kota Malang dan para tamu undangan. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *