INDOSatu.co – SURABAYA – Mahasiswa Universitas Airlangga (Unair) berhasil menjadi pemateri dalam konferensi internasional. Rafli Noer Khairam merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya (FIB) yang akrab disapa Rafli itu, mengikuti Wikimedia ESEAP Conference di Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia.
Dalam konferensi itu, Rafli berkesempatan untuk memaparkan proyek yang telah digarapnya selama dua bulan. Proyek itu berjudul Wikirenjana: Menulis 100 Resep Masakan dan Jajanan Sunda di Wikibooks Indonesia.
“Acara itu menjadi ajang bagi kontributor Wikimedia untuk berbagi pengalaman. Dari berbagai negara, mulai dari kawasan Asia Timur, Asia Tenggara, hingga Asia Pasifik,” ujar Rafli kepada wartawan pada Sabtu (25/5).
Dalam serangkaian kegiatan tersebut, Rafli menceritakan pengalamannya dalam bertukar budaya dan bahasa dari daerah masing-masing. Ia juga mengatakan bahwa setiap peserta saling bertukar oleh-oleh khas dari daerahnya.
“Di sana, kami juga saling belajar budaya dan bahasa masing-masing. Ada agenda untuk memakai pakaian adat dan bernyanyi tradisional. Bahkan, saya dan rekan-rekan dari Bandung sesekali menggunakan bahasa Sunda saat presentasi. Kami bangga ketika salah satu bahasa daerah yang ada di Indonesia dikenal sampai dunia, seperti kata punten, sampurasun, dan lainnya,” ujar Rafli.
Lebih lanjut, Rafli menuturkan bahwa ia berkesempatan untuk mengeksplore budaya setempat. “Di Kinabalu, terdapat kampung budaya, Mari-Mari Culture Village. Kampung budaya yang menyediakan berbagai miniatur rumah adat dari berbagai suku, seperti Suku Dusun dan Rungus, Suku Lundayeh, Siku Bajau, dan Suku Murut.
”Kami beramai-ramai mengelilingi kampung dan mencicipi makanan khas setempat,” ucap mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia itu.
Rafli berharap, proyek yang digarap bersama teman-temannya selama November-Desember ini mampu melahirkan kerja sama dari berbagai pihak. Dari kegiatan ini Rafli berharap proyek yang tengah ia kerjakan akan semakin berkembang. Tidak hanya resep-resep makanan khas Bandung, tapi juga merambah ke makanan khas daerah yang ada di Indonesia lainnya.
“Dari konferensi internasional tentu menambah jejaring dan potensi kolaborasi yang besar. Saya berharap hal-hal yang telah kami lakukan akan memberikan dampak besar bagi pengetahuan. Mari bersama-sama membebaskan pengetahuan,” pungkas Rafli. (*)