INDOSatu.co – JAKARTA – Akting sangar, sok jagoan seolah menjadi bakat, sekaligus hobi Luhut Binsar Panjaitan. Modus minim senyum, Luhut getol beradegan mata melotot pada mereka yang berbeda politik.
”Sikap arogansi Luhut sudah menjadi watak. Ihwal norak dan tendensius tersebut, acap kali muncul merusak nurani dan akal sehat publik. Norak lantaran makin tua, martabat kian merosot,” kata Kritikus dan Pengamat Politik Kebangsaan, Faizal Assegaf kepada INDOSatu.co, Senin (24/7).
Dengan setumpuk jabatan, kata Faizal, Luhut merasa paling perkasa. Berbicara semaunya. Hantam sana, hajar sini, demi memuluskan aneka hajat. Wajar menyulut amarah dan kebencian rakyat.
Faizal juga menyoroti Luhut yang ngotot memaksa sederet kebijakan yang dinilai culas dan tidak adil. Tentang skandal lahan sawit, subsidi kendaraan listrik, nyerocos Capres harus orang Jawa, intrik kudeta Golkar dan masih banyak lagi.
Yang terbaru dan memicu pro-kontra, Luhut tiba-tiba nongol menuding AHY Ketum Demokrat kampungan. Sentilan itu terkait respon Luhut soal partai Demokrat yang tengah berperkara di Mahkamah Agung (MA).
”Walhasil, saling baku hantam opini terjadi antara Luhut, AHY dan loyalis Demokrat. Sikap Luhut dinilai sangat lancang dan kurang ajar. Lantaran selaku Menko Marves terlibat obok-obok partai,” kata Faizal mantan aktivis 98 itu.
Sebaliknya, kata Faizal, Luhut mungkin merasa selaku politisi Golkar dan sekaligus tukang pukul Istana. Terusik karena AHY menuduh rezim Jokowi berupaya menjegal Demokrat melalui tangan MA.
”Walhasil, Luhut hangus digoreng. Disebut jauh lebih kampungan dari AHY. Setidaknya, Luhut kali ini turun ke level paling terendah. Pak Tua (Luhut, Red) terlibat debat kusir dengan kaum muda jejaring medsos,” ungkap Faizal prihatin.
Terkait sikap Luhut tersebut, tentu saja membuat SBY dan para elite Demokrat tertawa. Ulah Luhut dilihat sebagai politik belaka. Mestinya, Luhut tahu diri, menjadi tua wajib bersikap lembut dan bijak. Bukan tambah ganas dan kampungan.
”Tingkah Luhut mengingatkan lagu yang terkenal di kalangan anak-anak muda: Tua-tua keladi, makin tua makin menjadi-jadi,” pungkas Faizal. (adi/red)