INDOSatu.co – KUALA LUMPUR – Kondisi mantan perdana menteri Malaysia Mahathir Mohamad berangsur stabil setelah dirawat di rumah sakit spesialis jantung untuk ketiga kalinya. Kepastian itu diungkapkan putri Mahathir, Marina Mahathir. Marina mengungkapkan, bahwa ayahnya telah menerima perawatan secara intensif di Institute Jantung Negara (IJN) di Kuala Lumpur selama dua hari terakhir.
Marina menjelaskan, ayahnya menerima perawatan lanjutan setelah menjalani prosedur pemeriksaan di fasilitas yang sama sekitar dua pekan lalu. Dia meminta kepada seluruh rakyat Malaysia agar mendoakan kesembuhan untuk Mahathir Mohamad.
“Kondisinya sekarang stabil dan dia merespons pengobatan dengan baik. Kami meminta semua rakyat Malaysia mendoakan agar ayah (Mahathir, Red) sembuh total,” ujar Marina kepada wartawan, Ahad (23/1).
Sejak dua hari yang lalu, kata Marina, ayahnya dirawat di IJN untuk menjalani operasi elektif lanjutan. Operasi tersebut sebelumnya berhasil dilaksanakan pada 8 Januari 2022.
Pada Desember tahun 2021, kata Marina, ayahnya juga menghabiskan beberapa hari di rumah sakit untuk menjalani pemeriksaan. Mahathir memiliki banyak masalah jantung selama bertahun-tahun. Dia menderita beberapa serangan jantung dan menjalani operasi secara intensif.
Sementara itu, Perdana Menteri Malaysia, Ismail Sabri Yakoob juga sudah menjenguk Mahathir Mohammad di IJN pada Sabtu (22/1). Pejabat tinggi di UMNO itu mengungkapkan, kunjungannya itu melalui diunggah di akun Twitter dan status Facebook.
“Baru saja tiba di Institut Jantung Negara untuk menjenguk mantan perdana menteri Tun Dr Mahathir Mohamad @chedetofficial yang dimasukkan ke IJN,” tulisnya.
Sabri Yakoob mengatakan, dirinya bertemu dengan istri Mahathir, Dr Siti Hasmah Mohamad Ali, di IJN. Sabri Yakoob mendoakan kesembuhan dan berharap keluarga Mahathir terus bersabar.
Mahathir adalah salah satu tokoh politik paling dominan di Malaysia. Dia menjabat dua kali sebagai perdana menteri selama total 24 tahun. Mahathir adalah pemimpin Malaysia dari 1981 hingga 2003.
Dia kemudian kembali berkuasa pada 2018 pada usia 92 tahun dan memimpin koalisi reformis setelah skandal korupsi besar-besaran 1MDB yang menyeret mantan perdana menteri Malaysia, Najib Razak. (*)