INDOSatu.co – BOJONEGORO – Berbusana merah khas Tionghoa, Bupati Bojonegoro Anna Mu’awanah memenuhi undangan Perayaan Hari Besar Sembahyang Sedekah Bumi di Kelenteng Hok Swie Bio Bojonegoro. Di perayaan hari besar itu, juga digelar wayang semalam suntuk.
Pagelaran wayang tersebut menjadi tontonan menarik bagi warga Bojonegoro dan penonton yang melihat langsung gelaran wayang dengan membawakan lakon “becik ketitik ala ketara”. Bahkan, penontonnya sampai berjubel keluar halaman kelenteng.
Selain Bupati Anna, tampak hadir di acara tersebut, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Bojonegoro, Tamam Syaifuddin dan segenap pengurus kelenteng. Mereka asyik nikmati jalannya pertunjukan wayang pada Selasa (29/8) malam tersebut.
“Ini merupakan wujud toleransi kerukunan antar umat beragama dan sekaligus toleransi budaya,” terang Tamam Syaifuddin.
Terciptanya kerukunan seperti malam ini, kata Tamam, tak luput dari peran dan bimbingan Ibu Bupati yang telah membangun sumber daya manusia (SDM), menghidupkan kebudayaan, serta pembangunan infrastruktur yang hampir tuntas di akhir tahun ini.
Tamam berharap, kerukunan, kesejukan, serta kedamaian selalu tercipta agar menjadi semangat kebersamaan seluruh umat tetap terjaga, walaupun ini memasuki tahun politik. Dia berharap agar di tahun politik ini, warga Bojonegoro selalu guyub dan menjaga suasana yang kondusif.
Sementara itu, Bupati Bojonegoro Anna Mu’awanah mengatakan, ritual sembahyang leluhur warga kelenteng Hok Swie Bio dengan menggelar pertunjukan wayang ini sama artinya dengan turut melestarikan kesenian budaya khas Indonesia.
Seperti diketahui, kata Bupati Anna, wayang merupakan seni budaya asli Indonesia yang terdaftar dan diakui UNESCO. Selain itu, didalam makna seni pewayangan, biasanya endingnya “becik ketitik ala ketara”. Ada beberapa tokoh seperti Sengkuni, Srikandi, dan Dewi Kunti yang merupakan gambaran wanita hebat.
Bupati Anna menceritakan, dalam kisah pewayangan, ada pesan nilai terkandung didalamnya yang disampaikan oleh dalang kepada penonton. Ada tutur pinutur tatanan kehidupan, maka dapat dimaknai “tatanan, tuntunan, dan juga tontonan”.
‘’Maka dengan pementasan wayang ini, yang baik akan kelihatan baik, dan yang buruk akan kelihatan buruk. Mari kita jaga terus semangat kegotong-royongan,” pesan Bupati Anna. (*)