Kawanan Menteri Berdasi Urusi Rumput JIS, Faizal: Norak dan Memalukan

  • Bagikan
GILA BERJAMAAH: Kritikus dan Pengamat POlitik Kebangsaan, Faizal Assegaf menilai, rencana penggantian rumput JIS adalah perilaku norak dan memalukan.

INDOSatu.co – JAKARTA – Gara-gara rumput, bisa bikin heboh seisi penghuni negeri. Sebab, belum pernah terjadi dalam sejarah peradaban umat manusia, dimana kawanan pejabat negara sibuk ngurusi rumput yang sebenarnya sudah melebihi standar untuk pertandingan sepak bola. Selain kocak, sudah tentu sangat memalukan.

Rencana penggantian rumput Jakarta Internasional Stadium (JIS) tak luput dari perhatian Kritikus dan Pengamat Politik Kebangsaan, Faizal Assegaf. Faizal menilai, rencana penggantian rumput JIS oleh kawanan menteri tak lepas dari hasil rakitan akal-akalan Jokowi.

‘’Ini adalah pesta pora kekuasaan paling hina,’’ kata Faizal kepada INDOSatu.co, Kamis (6/7).

Bahkan, Faizal menganalogikan rencana penggantian rumput JIS itu mirip seperti cerita di kebun binatang tentang laparnya kambing, sapi dan kerbau yang berebut rumput. Yang jauh lebih menggelitik, adalah modus ‘proyek rumput kawanan tikus berdasi’ dalam cerita Tom and Jerry.

Baca juga :   Respon Rekomendasi LD PBNU, Faizal: Emangnya Negara Ini Punya Nenek Moyang Kalian?

‘’Serupa dengan banyolan republik gorong-gorong, makin lucu, makin gila berjamaah. Sudah lama saya dan mungkin mereka yang berpikir cerdas menyimpulkan: Sebuah negara yang dipimpin para kawanan yang esensinya lebih hina dari binatang,’’ kata Faizal.

Dari zaman ke zaman, ungkap Faizal, perilaku biadab itu tak henti dipertunjukan di berbagai panggung kekuasaan. Selalu muncul dan menjadi sorotan umat manusia dalam pertentangan seputar negara.

Tak terhindar, Indonesia juga punya cerita spesial soal ruang gelap kejahatan bernegara. Di era Orde Lama zaman Soekarno adalah contoh diktator dengan berbagai fakta kebiadabannya.

Berlanjut di masa Orde Baru, Soeharto meninggalkan jejak otoriter ala militerisme yang sangat bengis. Baik Soekarno maupun Soeharto, serupa dalam watak kekuasaan tipu muslihat.

Bedanya, Soekarno gombalin rakyat dengan aneka pidato omong kosong. Sementara, Soeharto membungkus kejahatan dengan senyum manis. Kedua aktor hingga kini meninggalkan luka bagi rakyat.

Baca juga :   Dugaan Monopoli Minyak Goreng oleh Kartel, Awiek: Polri Harus Telusuri

Belum selesai di situ, gonta-ganti rezim di era reformasi watak kekuasaan diperhalus dengan topeng demokrasi. Hasilnya Megawati mewarisi rakyat dengan skandal BLBI ratusan triliun dan kasus jualan aset negara.

Dua periode Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), setiap hari rakyat disuguhi rupa macam pencitraan. Kepemimpinan SBY dituding peragu, namun jauh lebih beradab dan demokratis. Setidaknya SBY berhasil melunasi utang IMF.

Parahnya rakyat hampir 10 tahun terakhir, rakyat terperangkap gorong-gorong kekuasaan rezim Jokowi. Di gelanggang kekuasaan ini, segala rupa pertunjukan kejahatan muncul merusak negara.

Kata Faizal, terlalu banyak untuk disebutkan kebobrokan rezim ini, mulai dari kegilaan mewariskan beban utang luar negeri, wabah korupsi di BUMN, sok paling Pancasilais, hingga cerita banyolan tentang dugaan ijazah palsu.

Baca juga :   Faizal Assegaf: Gegara Benci Anies Nyapres, Jokowi Intimidasi Para Menteri

Rezim Jokowi seolah hadir merampung berbagai tingkah bobroknya perilaku kekuasaan dari Orla, Orba hingga Reformasi. Semuanya tersedia sebagai hikayat politik bagi generasi berikutnya. Padahal, semua itu omong kosong.

‘’Celakanya, diujung jabatan Jokowi, para pembantunya super sibuk berburu kekuasaan. Hampir sebagian menterinya beradu intrik demi berebut tiket Capres dan Cawapres jelang Pilpres 2024,’’ kata mantan aktivis 98 ini.

Mereka tidak tampil dengan gagasan besar untuk mendulang simpati rakyat. Tapi sangat norak, saling memanfaatkan jabatan dan upah rakyat untuk berpolitik secara memalukan.

‘’Akibatnya, para hulubalang kabinet itu rajin menjilat lezatnya kue pembangunan, sembari memohon restu dari Jokowi. Seolah rakyat dianggap bodoh dan patuh pada figur yang usung Istana,’’ pungkas Faizal. (adi/red)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *