INDOSatu.co – JAKARTA – Kritikus dan Pengamat Politik Kebangsaan, Faizal Assegaf mengungkapkan, jutaan rakyat Indonesia saat ini sedang menanti orasi heroik Surya Paloh. Juga Anies Baswedan yang akan tampil berpidato melempar gagasan kritis dan visioner. Tentu bikin Istana makin gerah dan kepanasan.
”Maklum saja, karena kedua tokoh fonemenal itu dalam beberapa bulan ini menjadi magnit di ruang publik. Dan semakin dekat ke Pilpres, Anies dan Paloh membuat Jokowi serta hulubalangnya pontang-panting,” kata Faizal Assegaf kepada INDOSatu.co, Ahad (16/7).
Babak baru pertarungan politik dimulai. Tepat pada 16 Juli, NasDem bangkit menggalang ratusan ribu kadernya ke Jakarta. Gebrakan konsolidasi politik bertema: Apel Siaga Perubahan di Gelora Bung Karno (GBK). Tentu gelaran NasDem ini merupakan acara yang keren!
Di Istana Negara, desas-desus para loyalis Jokowi sibuk menyiapkan rupa macam skenario. Tak lain, proyek politik terselubung untuk menjegal Anies. Beredar isu, Jokowi kian panik dan frustasi.
”Sudahlah, upaya jahat itu hanyalah sia-sia. Istana dan penghuninya mesti berbesar hati menerima kenyataan pahit bahwa sulit membendung Anies. Terlebih makin masif dan solidnya rakyat menuntut perubahan,” kata Faizal.
Memotret pada dinamika jelang Pilpres, kata Faizal, lebih dari 90 persen rakyat kompak menyerukan perubahan. Sebab, hal itu terjadi karena dipicu oleh praktik kekuasaan Jokowi yang makin brutal dan semena-mena.
”Esensi perubahan adalah pemberontakan rakyat yang tidak rela kekuasaan negara dimanipulasi untuk melayani kepentingan segelintir orang. Tak heran suara perlawanan rakyat kian kencang dan membara,” beber Faizal.
Arus kesadaran kolektif rakyat yang sangat agresif mengusung agenda perubahan, tidak bisa dibendung. Gelombang dari derasnya partisipasi rakyat mengusung Anies bakal menjadi tsunami politik di gelanggang Pilpres.
Karena itu, kata Faizal, wajar bila rezim Jokowi ketakutan. Sangat panik, lantaran menyadari hampir satu dekade telah bertindak zalim pada rakyat. Semakin melawan arus kehendak rakyat, semakin besar badai perlawanan akan menyapu.
”Bila Jokowi masih waras, setidaknya mulai merenung atas segala perbuatannya. Selanjutnya, memilih bersikap netral dan bijak. Agar demokrasi tidak disandera oleh tangan-tangan jahat kekuasaan,” jelas Faizal.
Tapi tampaknya, kata Faizal, Jokowi dan loyalisnya nekat berdiri melawan jutaan rakyat yang semakin terkonsolidasi mengusung Anies. Suka atau tidak, hak kedaulatan politik rakyat tersebut kian membesar dan jadi ancaman serius bagi kekuasaan Jokowi.
”Apel Siaga Perubahan adalah pesan tegas kepada kekuasaan yang bobrok. Berhenti bermain politik culas dan curang. Anies, Surya Paloh dan NasDem telah menjadi lokomotif perlawanan rakyat! Perubahan Yes, Kejahatan Kekuasaan No..!,” pungkas Faizal. (adi/red)