INDOSatu.co – JAKARTA – Guyonnya para ulama dan tokoh MUI patut menjadi contoh sekaligus teladan bagi generasi muda muslim. Sebab, selain penuh hikmah, guyon mereka juga bikin sangat bermakna. Pengin tahu buktinya? Adalah
Buya Anwar Abbas, Wakil Ketua Umum MUI Pusat. Tokoh asal Sumatera Barat itu membuat kejutan yang bikin kaget seluruh anggota WA Grup Pimpinan MUI Pusat.
Dua hari usai tiba dari Arab Saudi sebagai Naib Amirul Hajj, pria yang juga salah satu ketua PP Muhammadiyah itu ternyata sudah berada di Pesantren Al Amien, Kediri, Jawa Timur, asuhan KH Anwar Iskandar, Wakil Rais Aam PBNU.
“Datang ke Pesantren Al Amien. Tapi tidak diterima pemilik pondok,” kata Buya Anwar dikutip dari laman mui.or.id, mengawali kirim kabar kejutan ke grup Pimpinan MUI, Jumat pagi (28/6).
“Sedang di pondok milik KH Anwar Abbas, eh maaf, milik KH Anwar Iskandar.” Tokoh asal Minang yang kerap viral ini memang suka bercanda. Tetapi, jika sudah menyikapi urusan kepentingan umat, Buya Anwar Abbas sulit diajak berkompromi.
Hanya selang semenit, sang pengasuh pesantren terkaget menimpali. “Lho, saya lagi ke Jakarta, kok tidak kasih kabar?,” kata Kiai Anwar Iskandar, yang juga Ketua Umum MUI Pusat.
Di beranda kediaman Kiai Anwar Iskandar, Buya Anwar Abbas didampingi Gus Reza Lirboyo, — KH Reza Ahmad Zahid,– cucu KH Mahrus Aly.
“Saya mewakili Kiai Anwar Iskandar menyambut Buya Anwar Abbas,” ujar Gus Reza menimpali candaan Buya Anwar, bahwa sang pengasuh mungkin enggan menerimanya.
“Alhamdulillah, satu hal (keliling pesantren) yang sudah lama saya idam-idamkan akhirnya terwujud,” kata Buya Anwar dalam kiriman video. Gus Reza mendampingi Buya Anwar keliling pesantren basis NU di Kediri.
Tak sempat menyambut langsung tamu istimewanya, Kiai Anwar Iskandar menginstruksikan Gus Reza menjamu Buya Anwar Abbas di Restoran Wong Solo milik Kiai Anwar.
Namun Buya Anwar menolak. “Saya tidak mau makan ditemani Gus Reza. Takut ditraktir,” Buya Anwar beralasan.
Habis keliling Kediri, Buya Anwar melanjutkan lawatan ke Kabupaten Tulungagung. Menjelang maghrib, Buya Anwar balik lagi ke Kediri, khusus untuk makan di restoran milik Kiai Anwar Iskandar, namun tanpa dampingan utusan sang pemilik rumah makan.
Akhirnya tiba di restoran pukul 18.00, “Saya lirik kiri kanan, alhamdulillah tidak ada yang kenal saya.” Buya Anwar pun pesan menu dan menikmati dengan nyaman dan lahap. Sampai nambah nasi. “Nasi tambahan pun habis,” kata Buya Anwar.
Puas, Buya Anwar pun minta adik yang mendampinginya dari Jakarta untuk membayar. Ternyata, kasir sudah diperintah untuk tidak menerima uang Buya Anwar.
“Saya bingung, bagaimana kasir tahu, yang makan itu saya? Adik saya bilang, mungkin perintah muncul lewat pantauan CCTV. Yang jelas, saya kalah lihai dari Pak Kiai (Anwar Iskandar). He he,” tulis Buya Anwar.
Sabtu pagi-pagi esoknya, Buya Anwar juga sudah melaporkan, tengah berada Pesantren An-Nur, Malang, asuhan KH. Ahmad Fahrurrozi Burhan (Gus Fahrur), salah satu Ketua PBNU. Buya Anwar diantar mobil bertuliskan, “Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Malang”.
“Saya tidak bisa bertemu Gus Fahrur, karena beliau ada acara wisuda santri di Komplek Annur 1,” kata Buya Anwar. Namun tak lama kemudian, sudah terkirim foto Gus Fahrur menyambut Buya Anwar.
Buya Anwar dan Gus Fahrur sering foto bersama selama di Makkah dan Madinah pada musim haji ini, karena Gus Fahrur salah satu anggota Amirul Haj.
“Buya Anwar Abbas memang luar biasa, bisa menjadi uswah hasanah bagi yang muda-muda, semoga sehat selalu,” Kiai Anwar Iskandar mengapresiasi.
Tokoh Al Irsyad, KH Abdullah Jaidi, yang juga Ketua MUI Bidang Pendidikan dan Kaderisasi menambahkan, “Masya Allah, pagi-pagi Buya sudah keliling silaturrahim, beliau mencontoh persahabatan dahulu tokoh Muhammadiyah dan NU sehingga umat saling guyub.”
“Indah dan menyejukkan sekali,” komentar Prof. Sudarnoto Abdul Hakim, Ketua MUI Bidang Internasional, tokoh Muhammadiyah, yang alumni Pesantren Persis Bangil.
Ketua MUI Bidang Fatwa, Prof. KH. Asrorun Niam Sholeh, memuji rihlah Buya Anwar Abbas sebagai tanda-tanda haji mabrur. “Orang baik di tempat yang baik, milik orang baik. Cahaya bercahaya, Buya. Silaturrahim tiada henti, mabruk Buya,” ungkapnya.
“Luar biasa. Tokoh Muhammadiyah masuk pesantren NU. Adem rasanya,” kata Rahmat Hidayat, Sekjen Dewan Masjid Indonesia, yang juga bendahara MUI. “Hamzah washal keormasan,” KH Cholil Nafis, Ketua MUI Bidang Ukhuwah, memungkasi. (adi/red)