INDOSatu.co – JAKARTA – Rumah Kebangsaan Gedung MPR RI kedatangan 18 orang guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), yang tergabung dalam Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) PPKn Kota Bengkulu, Provinsi Bengkulu, pada Rabu (17/5).
Rombongan dari Bengkulu itu merupakan tamu delegasi Pimpinan MPR RI, yang sengaja datang untuk dapat beraudensi dan mendapatkan wawasan ketatanegaraan khususnya tentang kelembagaan di Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI).
Dalam acara tersebut, Kepala Bagian Pemberitaan dan Hubungan Antarlembaga Biro Humas dan Sistem Informasi Setjen MPR RI, Indro Gutomo, SH, MH beserta staf menerima delegasi dan langsung melakukan dialog dan serap aspirasi di Ruang Samithi, Gedung Nusantara V, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.
Dalam dialog, Indro Gutomo mengungkapkan bahwa, peran dan kiprah seorang pendidik atau guru itu sangat penting, karena perannya sangat besar dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Melihat fakta itu, jelas pria asli Yogyakarta itu, sudah semestinya seorang guru harus bangga dengan peran dan fungsinya itu.
Apalagi, yang dididik dan dibina seorang guru itu adalah, putra-putri generasi penerus bangsa. Mulai dari tingkat pendidikan usia dini atau TK, sekolah dasar, sekolah menengah sampai perguruan tinggi (PT).
“Tidak mudah memang, tapi peran guru itu, langsung atau tidak langsung, ikut menciptakan sosok seorang anak sebagai agen pembangunan dan pembaharuan/ perubahan untuk dipersiapkan menghadapi era Indonesia emas di tahun 2045,” kata Indro Gutomo. Pada saat itu, Indonesia genap berusia 100 tahun alias satu abad. Di masa itulah, Indonesia ditargetkan sudah menjadi negara yang sejajar dengan negara-negara maju lainnya,” ujar Indro Gutomo.
Meski demikian, pesan Indro, guru jangan sampai terlena. Sebab, di era modernisasi dan kecanggihan teknologi digital, selain punya efek positif, juga memiliki efek negatif yang justru bisa menjadi hambatan dan kendala bagi seorang guru dalam fungsinya memberikan pendidikan bagi siswanya.
“Smartphone saat ini juga menjadi sarana penyebarluasan ajaran radikal yang dapat membahayakan wawasan kebangsaan dan keutuhan NKRI,” imbuh Indro.
Selain itu, kata Indro, juga guru harus senantiasa melakukan upgrading atau terus meningkatkan skill dan kualitas dirinya agar senantiasa mampu menyesuaikan perkembangan zaman. Untuk menciptakan siswa yang matang, guru harus selalu mengasah karakter pribadinya. Inilah pentingnya pembangunan karakter.
Pribadi guru yang baik, beber Indro, akan menciptakan generasi penerus yang baik pula. Bapak ibu guru adalah garda terdepan dalam mengimplementasikan nilai-nilai luhur bangsa Indonesia yang bersumber dari Pancasila. Bila nilai-nilai tersebut senantiasa diimplementasikan, Indro yakin profil Pancasila akan terlihat dalam setiap pribadi seorang guru.
Dialog yang dimoderatori pegawai Humas Setjen MPR Try Syilvani itu berlangsung mengalir penuh keakraban. Acara tersebut juga diisi pemaparan materi oleh pemateri Ahmad Faroby, tentang tugas serta wewenang lembaga MPR dan profil para Pimpinan MPR RI serta Program Sosialisasi Empat Pilar yang sedang gencar diselenggarakan MPR di berbagai daerah di seluruh Indonesia.
Di penghujung acara, dibuka sesi tanya jawab dan serap aspirasi dari delegasi kepada MPR RI. Di momen itu, banyak pertanyaan, masukan, ide serta gagasan dari delegasi guru. Diantaranya, seputar keinginan para guru agar kesejahteraan guru, terutama guru honorer, lebih diperhatikan. Selain itu, tentang keinginan para guru untuk ikut berpartisipasi aktif dalam melakukan Sosialisasi Empat Pilar bersama MPR RI, untuk menambah wawasan kebangsaan guru dan siswa. Acara kemudian ditutup dengan sesi foto bersama. (adi/red)