HNW Ajak Pimpinan BMIWI untuk Wujudkan Cita-Cita Indonesia Merdeka

  • Bagikan
IKUT BERJUANG: Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid meminta agar organisasi kewanitaan menghayati perjuangan Ibu Bangsa agar bisa melanjutkan peran dan berkontribusi mewujudkan cita-cita Indonesia Merdeka.

INDOSatu.co – JAKARTA – Wakil Ketua MPR RI) Dr. H.M. Hidayat Nur Wahid, MA mengungkapkan bahwa, Indonesia tidak hanya didirikan oleh para kaum laki-laki (founding fathers), tetapi juga ada banyak keterlibatan wanita (founding mothers). Karena itu, sangat penting untuk organisasi kewanitaan, guna menghayati hal tersebut agar bisa melanjutkan peran dan berkontribusi mewujudkan cita-cita Indonesia Merdeka.

Statemen tersebut disampaikan oleh Hidayat Nur Wahid saat memaparkan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI yang digelar bersama dengan Badan Musyawarah Islam Wanita Indonesia (BMIWI) di Jakarta, Kamis (18/5).

HNW, sapaan akrabnya, mengatakan bahwa, selain para pahlawan lelaki yang ikut berperang melawan Belanda jauh sebelum Indonesia merdeka, sesungguhnya ada pula beberapa wanita pejuang yang menjadi anggota dan ikut rapat dalam Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan (BPUPK).

“Mereka adalah para Ibu Bangsa atau founding mothers karena terlibat dalam pembahasan ideologi negara dan cita-cita Indonesia merdeka, serta terlibat aktif dalam penyusunan UUD 1945 yang kemudian dijadikan sebagai konstitusi kita,” ujar HNW.

Baca juga :   Dorong Nilai-Nilai Kesetaraan Gender, Lestari: Untuk Masa Depan Perempuan yang Lebih Baik

Dua diantara beberapa wanita yang dimaksud HNW adalah Maria Ulfah dan Roro Sukaptinah. HNW mengatakan, kontribusi founding mothers ini tidak kalah dengan para founding fathers, terutama di antaranya terkait isu-isu hak asasi manusia yang disampaikan oleh Maria Ulfah, seorang perempuan Indonesia pertama yang meraih gelar sarjana hukum (meester in de rechten) dari Universitas Leiden, Belanda.

Para wanita ini sangat aktif berkontribusi dan berorganisasi sejak muda. Bahkan, memiliki kedekatan dengan organisasi keislaman. Maria Ulfah pernah mengajar di AMS Muhammadiyah dan RR Sukaptinah merupakan pengurus organisasi Aisiyah Muhammadiyah. “Jadi, dua tokoh inspiratif ini sangat cocok menjadi rujukan organisasi BMIWI,” tukas alumni Ponpes Modern Darussalam, Gontor, Ponorogo, Jawa Timur itu.

Ke depan, HNW berharap agar para wanita yang aktif di BMIWI juga dapat berperan meneruskan perjuangan para wanita lainnya dalam menciptakan Indonesia yang makmur dan sentosa berdasarkan Pancasila, sesuai cita-cita yang disepakati para founding fathers and mothers.

Baca juga :   Fadel Muhammad Minta Pemerintah Pusat-Daerah Dorong dan Wujudkan Ketahanan Pangan di Desa

“Sehingga sangat penting untuk memahami Pancasila dengan baik dan benar, secara historis maupun substansinya. Sebab, belakangan, ada saja oknum-oknum yang teriakannya: Saya Pancasila, tapi perilakunya justru tidak sesuai dengan Pancasila. Mereka menyelewengkan Pancasila,” tegas anggota DPR RI asal PKS dari Dapil DKI Jakarta II ini.

“Mereka bilang, Saya Pancasila, tapi narasi dan kebijakannya malah nyinyir terhadap agama, atau bahkan membela-bela LGBT atau ajaran ateistis. Padahal, keduanya jelas tidak sesuai dengan Sila 1 dari Pancasila. Ada juga yang bilang Saya Pancasila, tapi memecah belah bangsa. Atau berlaku tidak adil dengan membiarkan terus terjadinya kesenjangan sosial dan ekonomi. Itu jelas bertentangan dengan Sila Ketiga dan ke Kelima, dan begitu seterusnya,” sambung HNW.

Selain Pancasila, lanjut HNW, ada pula tiga pilar lainnya yang perlu dipahami, yakni NKRI, UUD NRI 1945 dan Bhinneka Tunggal Ika. Sangat penting untuk memaksimalkan peran organisasi, termasuk organisasi para perempuan muslimah seperti BMIWI, agar bisa aktif menjaga dan melaksanakan Pancasila dan UUD NRI 1945, juga untuk meluruskan arah kiblat bangsa, apabila ada kebijakan atau regulasi yang bertentangan dengan Pancasila dan UUD NRI 1945.

Baca juga :   Yandri Susanto: Tokoh dari Sumbagsel Layak Jadi Pemimpin Nasional

”Hal itu sangat bisa dilakukan. Misalnya, melalui mekanisme judicial review, baik di Mahkamah Konstitusi (MK) atau Mahkamah Agung (MA),” ungkap HNW.

Hadir dalam Sosialisasi Empat Pilar MPR RI itu, antara lain, pimpinan dari BMIWI, yaitu Dewan Penasihat dan Pendiri BMIWI Dra. Hj. Zubaidah Muchtar, Ketua Presidium BMIWI Dr. Hartini Salama, M.M., Sekretaris Jenderal BMIWI Dr. Yossy Nurul H., M.Si., bersama pimpinan dari 35 Ormas Perempuan Muslimah tingkat Nasional.

“Mereka antusias dan mengaku mendapatkan pencerahan-pencerahan yang akan ditindaklanjuti. Acara yang diakhiri dengan dialog dan tanya jawab itu pun berakhir dengan lancar, aman, dan guyub. Alhamdulilah,” tutup HNW. (adi/red)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *