INDOSatu.co – JAKARTA – Bangsa ini menyongsong menuju Indonesia Emas pada tahun 2045. Menjelang tahun emas, ada modal yang disebut dengan bonus demografi. Meski demikian, bonus tersebut bisa memunculkan masalah jika tidak dikelola dengan baik.
Supaya tidak menimbulkan masalah, Generasi Emas Indonesia (GESID) harus menjadi garda terdepan dalam menyongsong masa depan. Karena itu, semua pihak harus bersama dan bersatu untuk mempersiapkan masa depan Indonesia menuju emas tersebut.
Statemen tersebut disampaikan Wakil Ketua MPR H. Yandri Susanto S.Pt mengawali sambutan sebagai pembicara utama dalam pelantikan GESID sekaligus acara Sosialisasi Empat Pilar MPR di Gedung Nusantara V, Komplek Gedung MPR/DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (31/5). Kurang lebih 300 anak muda dari berbagai kota di Indonesia itu hadir di acara pelantikan Badan Pimpinan Nasional GESID tersebut.
Hadir dalam pelantikan yang diliput oleh banyak media itu, President Executive GESID Viviana Hanifa, Sekretaris Jenderal GESID Lesna Purnawan, Bendahara Umum GESID Chairunnisa, serta perwakilan dari berbagai organisasi kepemudaan dan pemerintahan lintas lembaga.
“Selamat datang di gedung rakyat,” ujar Yandri Susanto mengawali sambutan. Wakil Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN) itu merasa bangga bisa berada di antara anak-anak muda atau yang sekarang disebut kaum milineal itu.
Diungkapkan Yandri, bahwa sebagai organisasi yang peduli pada pembangunan desa itu, ada tantangan yang perlu dijawab oleh GESID. Tantangan yang ada, kata Yandri, seperti problem anak-anak muda yang saat memiliki ketergantungan pada media sosial, yang mana, isi dari media sosial tersebut tidak selamanya positif.
“Problem selanjutnya adalah soal minuman keras dan narkoba juga banyak yang menjerat anak muda,” jelas Anggota DPR asal PAN dari Dapil II Banten, yang meliputi Kota dan Kabupaten Serang serta Kota Cilegon itu.
Tantangan lainnya, ungkap Yandri, masih melimpahnya barang impor yang masuk ke Indonesia. Bila dibiarkan, kata politisi kelahiran Bengkulu itu, akan menjadikan bangsa ini tergantung pada bangsa lain,” paparnya.
Dari masalah-masalah itu, Yandri sepakat dan setuju bila GESID ingin memberdayakan Indonesia dari desa. Dikatakan, bila masing-masing desa memiliki badan usaha, maka pihaknya optimistis segala kebutuhan yang ada bisa dipenuhi dari dalam negeri.
“Sehingga kita tak perlu impor. Potensi alam dan sumber yang ada harus bisa dikelola secara mandiri. Potensi tersebut jangan sampai dinikmati oleh orang lain,” ungkapnya.
Tantangan-tantangan di atas, menurut Yandri Susanto, perlu dijawab dan dituntaskan oleh GESID. “Bisa tidak menjawab tantangan ini?,” tanyanya. Pertanyaan tersebut direspon serentak oleh seluruh hadirin dengan mengatakan, “bisa.”
Dalam kesempatan itu, alumni Universitas Bengkulu itu menegaskan agar generasi muda tidak alergi dalam berorganisasi, termasuk berpolitik. Jika terjadi perbedaan, hal itu sebagai hal yang biasa. Justru dengan adanya perbedaan, maka ada dinamika dan muncul ide serta gagasan baru.
”Dengan berorganisasi dan berpolitik, membuat anak-anak muda tidak hidup dalam ‘menara gading’. Jangan elitis, namun harus melebur dengan seluruh komponen yang ada,” ucap Yandri. (adi/red)