INDOSatu.co – LAMONGAN – Pemerintah Kabupaten Lamongan mengajak petani beradaptasi dengan anomali iklim yang sedang dihadapi Indonesia, termasuk di Kabupaten Lamongan. Situasi tersebut memiliki dampak besar bagi pertanian, karena petani tidak dapat menentukan musim tanam seperti biasa.
Guna menghada[i fenomena tersebut, Pemerintah Kabupaten Lamongan melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Lamongan menyelenggarakan kegiatan temu wicara kelompok tani, di Aula Gadjah Mada Pemkab Lt.7, Jumat (25/11).
“Peningkatan potensi pertanian harus terus dilakukan. Anomali iklim merupakan situasi yang harus dihadapi oleh petani. Sebab, potensi pertanian merupakan salah satu penyumbang perekonomian terbesar di Lamongan,” tutur Bupati Lamongan, Yuhronur Efendi (Pak Yes) saat membuka kegiatan yang mengangkat tema “Mewujudkan Ekonomi Insklusif melalui Pembangunan Pertanian Berwawasan Lingkungan”.
Pak Yes mengatakan, adaptasi bisa dilakukan dengan cara implementasi ilmu dan teknologi pertanian dan tentunya mampu memanfaatkan modernisasi yang bergerak di bidang pertanian. Adaptasi bisa dilakukan dengan cara cara cerdik.
”Saat ini banyak sekali penelitian pertanian dengan menghasilkan penemuan yang dapat dijadikan solusi bagi para petani,” kata Pak Yes di hadapan 150 peserta yang terdiri dari Camat, Asosiasi Petani Tembakau, Ghippa, Gapoktan, dan Kelompok Tani seluruh Lamongan.
Pemberian wawasan kepada petani juga dirumuskan untuk melakukan antisipasi. Selaku Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kabupaten Lamongan, Sukriyah yang juga selaku pemateri pada kegiatan itu, menjelaskan bahwa, antisipasi anomali iklim dapat dilakukan dengan ragam inovasi.
“Pemerintah sangat konsen menghadapi isu sosial yang dialami petani di Lamongan. Ditengah permasalahan pupuk dan permasalahan tanah, DKPP Lamongan rutin sebulan sekali melakukan sosialisasi dan mengajak petani untuk membuat pupuk organik. Manfaat pupuk organik luar biasa untuk tanah. Kondisi tanah yang subur tentu akan meningkatkan hasil produksi tanah,” jelas Sukriyah.
Satu suara dengan Sukriyah, Ketua Departemen Tanah dari Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya (UB) Malang, Syahrul Kurniawan yang hadir sebagai pemateri juga menegaskan pentingnya menyeimbangkan antara pupuk kimia dan organik.
“Penggunaan pupuk kimia dan organik harus seimbang. Karena pupuk kimia hanya mengandung nutrisi, sehingga sangat diperlukan penambahan pupuk organik yang berfungsi sebagai pengikat nutrisi tadi. Selain itu, pupuk organik memiliki manfaat mengikat air dan menggemburkan tanah secara alami,” tegas Syahrul.
Di akhir paparannya, Syahrul mengajak para untuk petani merubah mindset agar mulai menggiatkan pembuatan pupuk organik untuk kegiatan bertanam. Sebab, kandungan positif di dalamnya akan memberikan efek jangka panjang yang menguntungkan untuk pertanian. (*)