Fadel Muhammad: Saya Membatalkan Puasa Seperti Muhammadiyah, dan Salat Ied Ikut Pemerintah

  • Bagikan
INDAHNYA TOLERANSI: Wakil Ketua MPR RI, Fadel Muhammad (tengah) berkunjung ke Provinsi Gorontalo. Fadel pulang kampung di provinsi berjuluk 'Serambi Madinah' itu dengan menggelar pertemuan dan bersilaturahmi bersama tokoh masyarakat serta pemuda setempat, Rabu (26/4).

INDOSatu.co – GORONTALO – Wakil Ketua MPR RI, Prof. Dr. Ir. H. Fadel Muhammad menyayangkan munculnya ancaman pembunuhan dari oknum peneliti Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) kepada warga Muhammadiyah, yang viral di media sosial, karena perbedaan penetapan Hari Raya Idul Fitri 1444 H.

Menurut Fadel, hal itu tidak perlu terjadi, jika pihak yang bersangkutan memahami persoalan yang dipertentangkan. Apalagi, perbedaan itu sudah sering terjadi, bahkan di semua masa kepemimpinan presiden Indonesia.

Karena itu, senator asal Provinsi Gorontalo itu mengaku prihatin dengan adanya ancaman pembunuhan tersebut. Karena perbedaan penetapan jatuhnya Hari Raya Idul Fitri, kata Fadel adalah sesuatu yang wajar dan biasa-biasa saja. Perbedaan pendapat, itu muncul sebagaimana laiknya perbedaan penafsiran fenomena alam lainnya.

Baca juga :   Putusan Tunda Pemilu, Syarief Hasan: Ini Bentuk Pelanggaran dan Ingkari Konstitusi

“Saya memutuskan diri untuk berbuka puasa pada 21 April, karena hari itu Muhammadiyah menetapkan sebagai hari Raya Idul Fitri. Tetapi saya baru melaksanakan salat Ied keesokan harinya, sesuai ketetapan pemerintah. Jadi, biasa saja, tidak pantas diributkan,” kata alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) Bandung itu.

Ungkapan keprihatinan, itu disampaikan Fadel yang juga mantan Gubernur Gorontalo dua periode, saat melakukan kunjungan ke provinsi berjuluk Bumi Serambi Madinah” dan “Provinsi Karawo”, itu Rabu (26/4/2023). Pada kunjungan tersebut, Fadel Muhammad melakukan berbagai pertemuan dan bersilaturahmi dengan tokoh masyarakat dan pemuda setempat.

Baca juga :   Berniat Kembalikan PKB ke NU, Gus Ipul Segera Bentuk Pansus Tim Lima

Fadel mengatakan, perbedaan penetapan lebaran tidak perlu menjadi persoalan, dan tidak pantas diributkan. Karena itu, Fadel berharap, ada jalan keluar yang baik, untuk mengakhiri persoalan tersebut, tidak melulu semua persoalan berakhir di ranah hukum. Apalagi jika persoalannya bisa diselesaikan secara musyawarah, dan saling memaafkan untuk tidak diulang kembali di masa yang akan datang.

Fadel berpesan, tahun politik jelang pemilu 2024, pasti akan ditandai dengan peningkatan suhu politik. Karena itu, tidak boleh ada satu pihak pun yang terpancing untuk melakukan kekerasan. Seluruh masyarakat harus selalu mawas diri, tidak mudah terprovokasi dan tidak melakukan hal-hal yang tidak perlu.

Baca juga :   Fadel Muhammad: Daerah Kuat Harus Maksimalkan Potensi Lokal dengan Collaborative Governance

“Saya mendengar informasi dari intelijen, ada sekelompok orang yang bermaksud merongrong keamanan negara dan ingin menggagalkan pemilu 14 Februari 2024. Karena itu, kita harus terus waspada, jangan terpancing dengan perangkap mereka,” pungkas Guru Besar Universitas Brawijaya (UB) Malang itu.

Hampir sepekan, ini media sosial ramai memperbincangkan ancaman pembunuhan Peneliti BRIN Andi Pangerang Hasanuddin yang hendak menghalalkan darah Muhammadiyah atau membunuh warga Muhammadiyah karena perdebatan 1 Syawal. Saat ini ancaman tersebut telah menjadi persoalan hukum, karena sudah dilaporkan ke pihak kepolisian oleh sejumlah pihak. (adi/red)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *