Dua Satu Dua dan Tiga Jihad

  • Bagikan

JIKA tidak ada aral, Persaudaraan Alumni 212 (Dua Satu Dua) akan menggelar agenda besar. Yakni “Munajat kubro”.  Tujuannya, untuk keselamatan NKRI dan Palestina. Rencananya, acara akan dimulai pukul 03.00 akhir pekan ini.

Kegiatan tersebut menjadi penting karena selain sebagai ajang silaturahmi sesama kaum muslimin yang berjuang demi agama, bangsa dan negara, juga untuk “mengetuk pintu langit” agar menyelamatkan bangsa Indonesia dan bangsa Palestina.

Penguatan semangat juang berbasis agama tidak lain adalah untuk memperkokoh “jihad fi sabililah”, baik di Indonesia maupun Palestina. Berjihad dalam spektrum luas yang berakar sama, yakni melawan kemungkaran, kezaliman dan ketidakadilan.

Munajat adalah jalan untuk mencapai kemenangan dengan tawakal dan yakin akan pertolongan Allah “nashrun minallah wa fathun qarib”. Allah Yang Maha Kuasa.

Baca juga :   Demokrasi dan Keadilan Sosial: Tantangan Menuju Kepemimpinan Baru 2024

Tiga amanat jihad dari silaturrahmi PA 212 adalah:

Pertama, momentum untuk turut berjihad bersama bangsa Palestina. Saudara kita yang sedang berjuang melawan kebiadaban Zionis Israel. Sebagian besar rakyat teraniaya oleh pembantaian dan penjagalan yang tidak lain adalah genoside. Tenaga, harta dan doa harus kita kontribusikan untuk berjihad bersama.

Kedua, berjihad melawan agen-agen Zionis yang ada di Indonesia. Kasus penyerangan muslim yang sedang mengadakan aksi solidaritas di Bitung oleh pasukan Kristen Manguni yang berbendera dan beratribut Zionis Israel adalah bukti ancaman nyata.

Minoritas arogan itu berlindung di balik kekuasaan sekuler berbaju pluralisme. Kelompok teroris ini harus dilawan dan dibasmi oleh umat.

Ketiga, berjihad melawan rezim yang tidak berpihak pada umat. Rezim yang mendahulukan kepentingan famili, kroni dan oligarki. Rezim berbau korupsi, kolusi dan nepotisme. Fir’aunisme merasa benar sendiri.

Baca juga :   Manuver Baru Jokowi, dari Ganjar Pindah ke Prabowo?

Buta tuli pada suara kebenaran dan kejujuran. Namrudisme membungkam lawan yang berargumen sehat. Semata memelihara kebodohan. Jokowisme menjadi isme baru lokal yang berindikasi pada perbudakan kaum elit tersandera.

Munajat harus diawali dengan taubat dan berniat berbuat untuk memperkuat umat. Menangis itu penting sebagai bukti kita dekat. Akan tetapi kesiapan untuk mengorbankan jiwa dengan tetesan darah merupakan tuntutan jihad. Nabi mencontohkan dan diikuti oleh para Sahabat.

Persaudaraan Alumni 212 bukan semata angka, tapi api perjuangan untuk berkhidmat pada agama, bangsa dan negara. Berjalan dan berlari dengan gagah perkasa. Tidak goyah oleh rayuan dan tidak takut pada ancaman atau tekanan.

Baca juga :   IKN Gagal Rakyat Mau Disalahkan: Dasar Jokowi

Umat perlu menjawab pertanyaan Allah “Hal adullukum alaa tijaarotin tunjiikum min adzaabin aliim “–Apakah ingin Aku tunjukan transaksi yang dapat menyelamatkanmu dari adzab yang pedih? Jawabannya adalah; “Iman kepada Allah dan kepada Rasul-Nya serta berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwa”. Allah SWT menegaskan “dzaalikum khoirulakum in kuntum ta’lamuun”–itu yang terbaik bagimu, jika engkau mengetahui.

Nah, selamat bermunajat dan berjihad wahai umat pejuang, engkau bukan pecundang. Saatnya untuk bergerak, bukan hanya menggertak atau berteriak. Cukup sudah terdengar isak dan suara serak. Kini kesempatan untuk menerjang terjang di medan perang. Allahu Akbar-Allahu Akbar. Ahadun ahad!

M. Rizal Fadillah;
Penulis adalah Pemerhati Politik dan Kebangsaan, tinggal di Bandung.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *