INDOSatu.co – ANKARA – Negara Turki mengkonfirmasi diri akan menjadi tuan rumah pertemuan antara Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov dan Menlu Ukraina, Dmytro Kuleba, pada Kamis (10/3).
Pertemuan kedua menlu tersebut diungkapkan langsung Menlu Turki, Mevlut Cavusoglu, untuk pertama kalinya sejak Negeri Beruang Merah memulai invasi ke negara Ukraina.
Dikutip dari Reuters, Menlu Turki, Mevlut Cavusoglu, mengatakan bahwa Lavrov dan Kuleba bakal bertemu di Kota Antalya, menjelang Forum Diplomasi Antalya (ADF).
“Berdasarkan inisiatif dari Presiden Recep Tayyip Erdogan dan upaya diplomasi intensif kami, Menlu Lavrov dan Dmytro Kuleba memutuskan bertemu dengan partisipasi saya menjelang ADF,” kata Cavusoglu.
Cavusoglu membeberkan, Erdogan menawarkan Turki untuk menjadi tuan rumah pertemuan itu saat berkomunikasi dengan Presiden Vladimir Putin pada Minggu (6/3). Lavrov kemudian menerima tawaran itu. “Kami berharap pertemuan ini dapat menjadi titik balik dan langkah penting menuju perdamaian dan stabilitas,” ucap Cavusoglu.
Sejak invasi dimulai, Turki memang getol menawarkan diri menjadi mediator. Turki memegang kepentingan karena wilayah negara mereka berbatasan dengan Rusia dan Ukraina, dipisahkan di Laut Hitam.
Selama ini, Turki menjalin relasi baik dengan Rusia dan Ukraina. Mereka menganggap invasi Rusia ke Ukraina tak bisa diterima, tapi menolak penjatuhan sanksi terhadap Negeri Beruang Merah.
Kini, Lavrov dan Kuleba akan bertemu untuk pertama kalinya setelah invasi Rusia. Selama perang ini, delegasi kedua negara sudah tiga kali bertemu, tapi kesepakatan gencatan senjata tak kunjung tercapai.
Dalam pertemuan ketiga pada Senin (7/3), kedua negara hanya menyepakati sejumlah isu terkait penyediaan koridor kemanusiaan, atau penghentian serangan sejenak demi membuka ruang bagi evakuasi warga sipil.
Rusia juga bakal menghentikan serangan di lima kawasan Ukraina pada Selasa (8/3) untuk koridor kemanusiaan. Namun, sejumlah pihak ragu karena Rusia menembaki warga yang sedang evakuasi akhir pekan lalu.
Api perang di Ukraina pun tak kunjung padam. Hingga kini, PBB melaporkan 406 warga sipil tewas akibat gempuran Rusia, sementara layanan darurat Ukraina mengklaim korban tewas sudah mencapai 2.000 jiwa.
Penembakan itu terjadi di beberapa titik, termasuk Mariupol dan Volnovkha, padahal Rusia dan Ukraina sudah menyepakati gencatan senjata di kedua kota tersebut. (za/red)