Di Forum Rihlah Sinergi Dakwah, Rizal Fadillah Bicara Teori Ikan Busuk Berawal dari Kepala

  • Bagikan
BERI PENCERAHAN: M. Rizal Fadillah, aktivis dakwah asal Bandung, yang juga anggota Petisi 100 memberi paparan dalam Rihlah Sinergi Dakwah yang digelar di Bumi Perkemahan Glagah Arum, Lumajang, pada 15-16 September 2024.

INDOSatu.co – LUMAJANG – Rihlah Sinergi Dakwah yang digelar di Bumi Perkemahan Glagah Arum, Lumajang, resmi dimulai hari ini. Kegiatan tersebut dipimpin langsung Ustad Haryono, dengan diikuti oleh 149 peserta dan akan berlangsung hingga 16 September 2024.

Ustad Haryono menjelaskan bahwa, Rihlah Sinergi Dakwah ini digelar dengan harapan untuk menjalin tali silaturrahmi di antara eks pejuang perubahan Jawa Timur.

Acara diawali dengan pembukaan oleh MC, kemudian menyanyikan lagu Indonesia Raya. Setelah pembacaan ayat suci Alquran, acara dilanjutkan dengan paparan M. Rizal Fadillah, aktivis dakwah asal Bandung, Jawa Barat, yang juga anggota Petisi 100.

Baca juga :   Gantikan Tjahjo, Mantan Bupati Banyuwangi Bakal Dilantik Jokowi Jadi Menpan-RB

Rizal menyampaikan pandangannya dengan mengangkat teori ikan busuk atau “rotten fish theory”. Teori ini menggambarkan bagaimana masalah di tingkat bawah organisasi sering kali disebabkan oleh masalah yang lebih besar di tingkat atas. Rizal menggunakan teori ini untuk menganalisis kondisi pemerintahan saat ini, mengibaratkan kebusukan dalam negeri berasal dari “kepala ikan” atau kepemimpinan presiden.

Baca juga :   Dorong Nilai-Nilai Kesetaraan Gender, Lestari: Untuk Masa Depan Perempuan yang Lebih Baik

Rizal menegaskan pentingnya reformasi kepemimpinan sebagai langkah awal untuk memperbaiki berbagai masalah yang ada. Ia menyebutkan beberapa kebusukan yang harus diatasi, termasuk: Kebusukan Religi, yang menyangkut kemunafikan dan kemusrikan; Pelanggaran Hak Asasi, terkait beberapa kasus pembunuhan yang tidak tertangani; serta Politik Dinasti, yakni menjamurnya nepotisme kekuasaan keluarga yang melanggar UU Nomor 28 Tahun 1999 tentang pemberantasan KKN.

Selain itu, kata Rizal, Investasi dan Utang Luar Negeri, hal ini terkait pengelolaan keuangan negara yang tidak sehat; Politik Komunis/Neo-PKI, dugaan penyebaran cara berpolitik yang tidak sesuai dengan ideologi Pancasila; serta Politisasi Hukum, yakni penggunaan KPK sebagai alat penyenderaan politik.

Baca juga :   Anies dan Aher Bertemu di Kantor DPP PKS, Aher: Ada Chemistry Diantara Kami

Rizal menutup pidatonya dengan penekanan bahwa perbaikan harus dimulai dari tingkat kepemimpinan. “Kalau membenahi harus dimulai dari kepala,” ujar Rizal dalam keterangan tertulisnya kepada INDOSatu.co  serya menggarisbawahi urgensi perubahan struktural dalam pemerintahan untuk mengatasi berbagai persoalan yang ada. (zal)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *