INDOSatu.co – JAKARTA – Sekretaris Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) DPR RI, Achmad Baidowi, mencium aroma busuk terkait pemberlakuan wajib Tes PCR bagi penumpang untuk penerbangan domestik. Karena itu, dia mendesak dugaan keterlibatan sejumlah menteri dalam bisnis tes PCR harus diungkap secara gamblang ke publik.
Menurut dia, dugaan tersebut merupakan hal yang wajar karena kebijakan pemerintah terkait syarat perjalanan di masa penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) kerap berubah-ubah.
“Harus diungkap secara gamblang benar tidaknya. Apakah kemudian pejabat itu melanggengkan ada kepentingan bisnis di balik itu. Kalau kemudian publik mencurigai, ya wajar publik curiga,” kata
Baidhowi kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Senayan, Senin (1/11).
“Karena indikator-indikator kebijakan mengenai syarat perjalanan berubah-ubah. Misalnya Jawa-Bali sudah level 1 harusnya bisa antigen [lalu] diberlakukan PCR, kenapa?” kata dia.
Karena itu, dia mempersilakan aparat penegak hukum untuk menelusuri lebih lanjut kebenaran dugaan tersebut. Dia mengingatkan seorang pejabat negara tidak boleh berbisnis selama menjabat karena dikhawatirkan memunculkan konflik kepentingan.
“Sejauh mana keterlibatan itu, kalau langsung tidak boleh. Pejabat itu tidak boleh berbisnis, ada konflik kepentingan, kalau yang berbisnis orang lain atau saudaranya itu bisa, ini kalau secara langsung tidak boleh,” ucap dia.
Sebelumnya, Juru Bicara Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan, Jodi Mahardi, meluruskan isu soal dugaan Luhut berbisnis tes PCR sejak awal pandemi.
Jodi membantah kabar Luhut ikut mendirikan PT Genomik Solidaritas Indonesia (GSI) untuk bisnis tes PCR. Dia hanya berdalih bahwa Luhut hanya mendorong pihak swasta yang hendak membantu penanganan pandemi.
“Tidak ada maksud bisnis dalam partisipasi Toba Sejahtera di GSI, apalagi Pak Luhut sendiri selama ini juga selalu menyuarakan agar harga tes PCR ini bisa terus diturunkan sehingga menjadi semakin terjangkau buat masyarakat,” kilah Jodi. (adi/red)