Bicara soal Kerelawanan Humanitarian, Menko PMK: Harus Dimaknai Jihad

  • Bagikan
KESALEHAN SOSIAL: Menko PMK, Muhadjir Effendy saat menyampaikan materi di Majelis Pelayanan Sosial Muhammadiyah, di Auditorium Kasman Singodimedjo, FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta, Ahad (26/2).

INDOSatu.co – JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy menyampaikan, organisasi relawan sosial harus memaknai pemahaman “kesalehan sosial” dan “Jihad fi Sabilillah”.

Hal itu dilontarkan Muhadjir saat menyampaikan materi dalam kegiatan “Pendampingan Psikososial, dan Spiritual Bagi Relawan Sosial se-DKI Jakarta”, yang diselenggarakan Majelis Pelayanan Sosial Muhammadiyah, di Auditorium Kasman Singodimedjo, FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta, Ahad (26/2).

Muhadjir menerangkan, kesalehan sosial sebagai adanya perasaan transaksi atau jual beli dengan Allah SWT untuk meraih surga. Misalnya dalam kegiatan kerelawanan, bukan hanya dihitung sebagai kegiatan humanitarian, tetapi juga diniatkan sebagai ibadah kepada Allah SWT

Lebih lanjut, Muhadjir juga menyebutkan kesalehan sosial ini bisa melalui “Jihad fi Sabilillah”. Jihad di sini, kata dia, tidak dimaknai sebagai perang, melainkan upaya yang dilakukan untuk menolong sesama manusia, bergotong royong, memajukan dan menjaga keutuhan bangsa dan negara Indonesia.

Baca juga :   Menko Muhadjir: Budaya Bisa Lahir Setiap Menit, Bahkan Detik

Dia juga menyebutkan bahwa surga tidak hanya bisa didapatkan dengan hanya melalui ibadah-ibadah biasa yang dilakukan, namun juga melalui jihad dan sabar.

“Medan kita untuk berjihad itu banyak. Maka beruntunglah kita menjadi Muhammadiyah karena kita punya medan jihad kita banyak, Jihad sosial, jihad pendidikan, jihad ekonomi, jihad kesehatan. Yang penting kita niatkan jihad ini adalah jalan Tuhan yang kita tempuh untuk meraih surga,” ungkap mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu.

Muhadjir mengungkapkan, pendiri Muhammadiyah, Kyai Ahmad Dahlan telah memaknai jihad sebagai falsafah utama dalam gerakan Muhammadiyah, yang didasari dengan firman Allah dalam Al-Quran Surah At-Taubah.

Baca juga :   Main Lawan Paraguay 0-0, Messi Banggakan Masa Lalu

“Kyai Dahlan meyakinkan pada pengikutnya, jangan merasa menjadi Muhammadiyah tanpa jihad. Jangan sampai mengartikan jihad sebatas dengan perang,” ungkap Muhadjir.

Dalam kesempatan itu, Muhadjir berpesan pada organisasi relawan Muhammadiyah supaya memaknai jihad dengan baik dan benar, yaitu adanya spirit vertikal dengan Allah SWT dalam setiap kegiatan yang dilakukannya.

“Relawan di Muhammadiyah perlu didoktrin bukan hanya sebagai humanitarian, tapi juga profetik atau sebagai utusan tuhan di muka bumi. Pesan saya, ini bisa dirumuskan dengan dalil naqli yang bisa jadi pegangan oleh tim relawan seperti tim Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) dari Muhammadiyah,” tuturnya.

Baca juga :   Gus Yahya Minta Perguruan Tinggi NU Bekali Mahasiswa Akses Peluang Ekonomi

Kegiatan “Pendampingan Psikososial, dan Spiritual Bagi Relawan Sosial Se-DKI Jakarta” merupakan rangkaian acara Semarak Musyawarah Wilayah ke-22 Muhammadiyah DKI Jakarta. Kegiatan Musyawarah Wilayah DKI Jakarta rencananya akan diselenggarakan pada 11-12 Maret 2023 mendatang.

Dalam kesempatan itu hadir Rektor Universitas Muhammadiyah Jakarta, Dr. Ma’mun Murod Al-Barbasyi, M.Si; Ketua PWM DKI Jakarta, KH. Sun’an Miskan, Lc; Wakil Ketua PWM DKI Jakarta, KH. Supriyadi; Ketua Bidang Majelis Pelayanan Sosial (MPS), Drs. Ahmad Arief, M.Pd; Ketua MPS DKI Jakarta, M. Furqon, MKM; PDM/PDA se-DKI Jakarta; Pimpinan Majelis/Lembaga PWM DKI Jakarta; Pimpinan Ortom Tingkat Wilayah; Pimpinan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM); Pengurus MPS PDM/PCA; Pengelola Panti Asuhan Muhammadiyah/Aisyiyah; yang hadir secara luring ataupun daring.(adi/red)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *