INDOSatu.co – JAKARTA – Wakil Ketua MPR RI, H. Arsul Sani, SH, M.Si mengungkapkan bahwa, halalbihalal merupakan kegiatan silaturrahmi masyarakat Islam Indonesia lepas bulan suci Ramadan, ternyata memiliki makna yang sangat kuat untuk menyatukan dan mempererat hubungan sosial masyarakat secara luas.
Halalbihalal sebagai sebuah tradisi, lanjut Arsul Sani, dalam sejarahnya ternyata diciptakan oleh salah seorang ulama pendiri NU KH Abdul Wahab Chasbullah. Latar belakangnya sangat menarik dan sangat terkait dengan politik.
Dikatakan Arsul, dari penuturan Kyai NU, KH. Abdul Wahab Chasbullah ingin mengumpulkan para alim ulama, para kyai yang berikhtilaf atau sedang berbeda pendapat, susah bertemu atau dipertemukan.
“Akibatnya, perbedaan pendapat itu terus terpelihara dan berpengaruh kepada masing-masing pengikutnya. Untuk mengakhiri ini, KH. Abdul Wahab Chasbullah menciptakan suatu bentuk silaturahmi dengan istilah baru, yakni Halalbihalal. Dengan itu, mereka para ulama dan kyai bisa duduk bersama dan saling mengerti, memahami dan saling menghalalkan (damai, Red),” ujarnya.
Hal tersebut disampaikan Pimpinan MPR dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP) ini, saat menjadi salah satu narasumber utama acara Diskusi Empat Pilar MPR bertema ‘Halalbihalal Mampu Memperkuat Rasa Kebangsaan’, kerja sama Biro Humas dan Sistem Informasi Setjen MPR RI dengan Koordinatoriat Wartawan Parlemen (KWP), di Media Center Parlemen, Lobi Gedung Nusantara III, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (24/5).
Hadir dalam acara tersebut, Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Politik-Badan Riset dan Inovasi Nasional (PRP-BRIN) Prof. Dr. R. Siti Zuhro, MA, Ph.D serta para wartawan nasional, baik media cetak, elektronik dan online sebagai peserta.
Lebih jauh, Arsul Sani mengatakan, dalam konteks saat ini, apalagi menuju tahun politik 2024, makna halalbihalal sebagai pemersatu perbedaan yang ada semestinya bisa terimplementasi. “Hal itu sangat saya tekankan. Sebab, makin mendekati pemilu 2024 nuansa ‘haram biharam’ sangat kental, terutama di media sosial seperti What’s App Group (WAG),” tambahnya.
Pada intinya, lanjut Arsul Sani, sudah saatnya semangat halalbihalal diterapkan untuk menjaga keutuhan bangsa, terutama di akar rumput. “Inilah tugas para elit politik agar makna halalbihalal menyentuh akar rumput. Namun, agar lebih kuat memang harus dibantu oleh media, terutama media arus utama,” imbuh Arsul Sani.
Arsul Sani mengingatkan, dalam kontestasi 2024, kompetisi keras itu pasti ada dan hal itu sesuatu yang wajar. Tapi, dengan semangat halalbihalal, diharapkan seluruh anak bangsa bisa menjaga situasi kompetisi itu, tidak akan terjadi di luar batas atau over dosis.
Dalam kesempatan yang sama, Prof. Siti Zuhro mengatakan, hal yang sangat penting untuk dipahami, yakni halalbihalal harus mampu diwujudkan sebagai satu sarana dan wahana bersama untuk merealisasikan atau paling kurang mengekspresikan, memupuk, mempertahankan dan bahkan meningkatkan rasa kebangsaan seluruh anak bangsa.
“Halalbihalal ini akan sangat bermakna, bila dilakukan sebagai arena silaturrahmi yang tidak hanya sekedar menjadi ajang saling memaafkan, tapi lebih dari itu, merupakan refleksi konkrit, rasa persatuan nasional dan kesadaran saling membutuhkan sebagai makhluk sosial,” pungkas Prof. Siti Zuhro. (adi/red)