Anggap Rohingya Masalah ASEAN, Ulil Abshar Abdalla: Negara Wajib Menolong

  • Bagikan
DEMI KEMANUSIAAN: Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil) berharap, pemerintah harus membantu pengungsi Rohingya karena konflik di negaranya. Sebagai sesama negara Asia Tenggara, Indonesia perlu membantu pengungsi Rohingya.

INDOSatu.co – JAKARTA – Membanjirnya pengungsi yang masuk ke wilayah Indonesia disikapi bijak oleh PBNU. Melalui Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Ulil Abshar Abdalla (Gus Ulil) menyebut bahwa kasus pengungsi Rohingya yang masuk ke wilayah Indonesia akibat konflik di Myanmar merupakan masalah bagi negara-negara di Asia Tenggara.

Menurut Gus Ulil, Indonesia sebagai tetangga memiliki kewajiban untuk menolong para pengungsi Rohingya itu agar mendapat perlindungan. Selain itu, sebagai sesama Muslim juga memiliki kewajiban untuk menolong.

Adapun soal Presiden Joko Widodo menduga kuat adanya keterlibatan human trafficking atau upaya sistematis tindak pidana perdagangan orang (TPPO) tentu menjadi tugas pemerintah untuk terus melakukan investigasi.

“Rohingya ini adalah masalah ASEAN. Menurut saya, kita punya kewajiban menolong sebagai negara tetangga. Kewajiban lain adalah menolong sesama Muslim karena Rohingya ini juga Muslim. Jadi, ada ada dua kewajiban yang harus kita kedepankan yakni mas’uliyatul jiwar dan mas’uliyatul insaniyah,” tutur Gus Ulil dalam keterangannya kepada wartawan, Ahad (10/12).

Baca juga :   Paradigma Politik Jawa dan Non Jawa, Sultan: Tidak Relevan dengan Demokrasi

Ia berpandangan bahwa, sikap untuk mau menolong itu sangat penting untuk menjadi dasar pemerintah Indonesia mengatasi persoalan warga Rohingya yang sedang mengalami kesengsaraan akibat konflik di Myanmar.

“Membantunya seperti apa saya tidak tahu, karena ada mekanisme-mekanisme hukum internasional dan United Nations. Saya tahu ada kerumitan dalam menangani masalah pengungsi, tapi bagi saya semestinya kemanusiaan ini menjadi dasar kita menolong. Adapun masalah lain bisa ditangani secara spesifikasi yang pertama adalah menolong,” jelas Gus Ulil.

Gus Ulil lalu menceritakan sikap negara-negara Eropa pada 2015 ketika dihadapkan pada gelombang pengungsi yang cukup besar, terutama berasal dari daerah konflik seperti Suriah. Kanselir Jerman Angela Merkel memutuskan untuk mengeluarkan kebijakan menampung pengungsi yang telah di Eropa dan Jerman dan memberikan perlindungan secara maksimal.

Baca juga :   Soal Cawapres Pendamping Anies, NasDem Ingin Last Minute, Andi Khawatir Bisa Keliru

“Ini perbandingan saja bahwa Angela Merkel menjadi contoh bagaimana sebaiknya sikap sebuah negara terhadap pengungsi dari negara lain. Meskipun fenemona tersebut mendapatkan respon berbeda di antara negara-negara kawasan Eropa,” terang Gus Ulil.

Dukungan ormas untuk Rohingya Gus Ulil berharap, organisasi-organisasi keagamaan seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah turut mendorong pemerintah agar membantu pengungsi Rohingya dari sisi kemanusiaan. Misalnya seperti di Eropa yang menyediakan gereja sebagai tempat penampungan bagi para pengungsi. Dampaknya, para pengungsi ini mengalami naturalisasi secara perlahan.

“Saya belum melihat itu di NU, juga di ormas lain. Perhatian ke masalah itu juga belum tampak. Kalau misalnya ormas-ormas keagamaan bersuara, pemerintah pasti akan akan insentif untuk bersikap dengan menggunakan kacamata kemanusiaan,” jelas Ulil.

Baca juga :   Tanggapi Ketua DPD, Arsul: Semua Ada Aturannya, Harus Taat Azas dan Tertib Hukum

Sikap pemerintah Presiden Joko Widodo menyatakan arus pengungsi etnis Rohingya, Myanmar yang membanjiri Indonesia, terutama ke wilayah Provinsi Aceh diduga kuat adanya keterlibatan jaringan tindak pidana perdagangan orang atau TPPO.

Karena itu, Presiden Jokowi mengaku akan menindak tegas pelaku TPPO yang terlibat di arus pengungsi Rohingya. Pemerintah Indonesia juga akan terus berkoordinasi dengan organisasi internasional untuk menangani masalah pengungsi Rohingya.

“Pemerintah Indonesia akan menindak tegas pelaku TPPO. Pemerintah Indonesia akan terus berkoordinasi dengan organisasi internasional untuk menangani masalah ini,” terang Presiden Jokowi.(*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *