Setelah Vatikan, Dukungan Muktamar Internasional R-20 Datang dari Liga Muslim Dunia

  • Bagikan
ANGGAP INDONESIA PENTING: Sekretaris Jenderal Rabithah Alam Islami, Syaikh Muhammad bin Abdul Karim Al Issa (tengah) diapit Ketua PBNU KH Yahya Cholil Staquf (kanan) dan Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas (kiri) bertemu di Arab Saudi.

INDOSatu.co – ARAB SAUDI – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, KH Yahya Cholil Staquf menyatakan bahwa, Liga Muslim Dunia (Rabithah Alam Islami) bersedia terlibat dalam kerja sama menyelenggarakan Muktamar Internasional Religion-20 (R-20) di Bali, 23 November 2022.

Hal ini mengemuka setelah Gus Yahya bertemu Sekretaris Jenderal Rabithah Alam Islami, Syaikh Muhammad bin Abdul Karim Al Issa, di Arab Saudi, Rabu (13/7).   Bentuk kesiapan mereka dalam simpul kerja sama internasional ini, salah satunya adalah keseriusan Rabithah Alam Islami untuk terus membantu pengelolaan sekretariat permanen R-20 di Center for Shared Civilizational Values (CSCV).

Dikutip dari nu.online, Sekjen Rabithah Alam Islami akan segera menunjuk perwakilan untuk melakukan diskusi lebih lanjut terkait rincian kesepakatan antara Nahdlatul Ulama dengan Rabithah Alam Islami.

“Saya sebagai Ketum PBNU berharap, dalam waktu dekat ini bisa disepakati dan ditandatangani nota kesepahaman antara dua belah pihak, sehingga persiapan-persiapan menuju pelaksanaan R-20 bisa dikonsolidasikan secepatnya,” ujar Gus Yahya.

Baca juga :   Hapus Kesan Seram, Taliban Ganti Nama Baru Afghanistan

Secara resmi, Nahdlatul Ulama sudah meluncurkan program Satu Abad NU tepat ketika rapat pleno, Senin (20/6). Selain itu, Muktamar Internasional Religion-20 ini merupakan bagian dari peringatan Satu Abad NU yang akan diselenggarakan pada November mendatang.

Di tengah persiapan menyambut R-20 ini, peran baru keterlibatan Liga Muslim Dunia dalam ikut serta membantu kesuksesan pagelaran Muktamar Internasional R-20 ini membawa angin segar bagi Nahdlatul Ulama.

“Peran Rabithah Alam Islami sangat penting. Karena Liga Muslim Dunia (Rabithah Alam Islami) memiliki jaringan luas di dunia Islam, khususnya di kalangan para ulama. Rabithah Alam Islami juga didukung dengan kuat oleh kerajaan Saudi Arabia. Dengan ikut sertanya Rabithah Alam Islami dalam agenda ini, maka akan ada akselerasi yang signifikan dalam dunia Islam,” terang Gus Yahya usai bertemu dengan Syaikh Muhammad bin Abdul Karim Al Issa.

Lebih lanjut, Gus Yahya juga menjelaskan, peran dan visi kerja sama antara NU dengan Rabithah Alam Islami, yaitu untuk memaparkan peran dan mencari jalan keluar dari permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh komunitas muslim di berbagai negara, termasuk mereka yang hidup sebagai minoritas. Seperti di negara-negara Barat, China dan India.

Baca juga :   Banser Datangi Kantor PBNU, Gus Yahya Minta Terapkan Disiplin dan Bersabar

Sebagai penyelenggara G-20 pada tahun 23 November mendatang, Gus Yahya menaruh harapan besar agar India juga bersedia melanjutkan pagelaran muktamar internasional di sana.   “Lebih-lebih, tahun depan, India akan menjadi tuan rumah G-20. Diharapkan juga akan menggelar R-20 di India,” ujar Gus Yahya.

Kehadiran Ketua Umum PBNU dan Kementerian Agama disambut hangat oleh Syaikh Muhammad bin Abdul Karim Al Issa. Selaku Sekretaris Jenderal Rabithah Alam Islami, dia menegaskan bahwa Nahdlatul Ulama ikut memegang hak milik atas Rabithah, karena Rabithah dimaksudkan sebagai milik seluruh dunia Islam.

Selain itu, dia mengaku sangat senang dan bangga bisa menjalin hubungan lebih erat dengan Indonesia, khususnya dengan NU dan Kementerian Agama.    “Kehadiran Indonesia ini sangat penting, bukan hanya karena merupakan negara dengan mayoritas muslim yang besar, juga karena peradaban dan budaya masyarakatnya tetap memelihara harmoni di tengah perbedaan,” terang Syaikh Muhammad Al-Issa.

Baca juga :   Ketua Umum PBNU, Yahya Cholil Staquf Masuk Daftar 50 Muslim Paling Berpengaruh di Dunia

Tidak berhenti di situ, Ahmad al-Issa berpendapat bahwa peradaban dan budaya Indonesia yang memperkuat harmoni itu sangat dibutuhkan untuk mencari jalan keluar dari berbagai masalah berat yang dihadapi oleh dunia Islam secara keseluruhan. Selain pembahasan formal itu juga dibumbui dengan humor yang membuat hangat dan rileks perjumpaan penting tersebut.

“Adanya Menteri Agama dan Ketum PBNU yang kakak-beradik ini merupakan nikmat tersendiri, karunia Allah tersendiri,” kata Syaikh Muhammad Al-Issa.  Pernyataan itu kemudian ditimpali Gus Yahya; “Saya berharap Syaikh Ahmad al-Issa ini bisa menjadi saudara ketiga, sehingga kita bisa menjadi saudara.” Para tamu hadirin kemudian turut bergelak tawa. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *