Dialog Kedua Rusia-Ukraina Tanpa Hasil, Perang Terus Berkobar

  • Bagikan
NIHIL HASIL: Perundingan dan Dialog antara delegasi Rusia-Ukraina di Belarusia berakhir tanpa kesepakatan apapun, termasuk genjatan senjata. Sehingga, perang kedua negara terus berjalan hingga sekarang. (foto AFP)

INDOSatu.co – BREST – Harapan dunia terhadap perang Rusia-Ukraina segera berakhir sepertinya bertepuk sebelah tangan. Sebab, pada putaran kedua perundingan, Rusia dan Ukraina berakhir tanpa kesepakatan gencatan senjata dan perang pun terus berkobar.

Dikutip dari Reuters, Rusia dan Ukraina yang bertemu di Brest, Belarusia selama beberapa jam, tidak menghasilkan keputusan yang berarti. Padahal, dengan dialog yang kedua tersebut, dunia berharap akan ada perdamaian dalam perang Rusia-Ukraina tersebut.

“Putaran kedua negosiasi telah berakhir. Sayangnya, hasil yang dibutuhkan Ukraina belum tercapai,” kata penasihat presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak di Twitter setelah usai perundingan, seperti dikutip ABC News, Jumat (4/3).

Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan, negaranya akan terus menekan agar setiap kesepakatan damai dengan Ukraina harus memasukan janji “demiliterisasi” Ukraina. Rusia juga memberi sinyal ingin membahas agar Ukraina mengadopsi “status netral” dan setuju untuk tidak lagi berambisi bergabung dengan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).

Baca juga :   Diinisiasi Erdogan, Menlu Rusia-Ukraina Bakal Bertemu di Turki

Sebelum pertemuan digelar di media sosial Twitter, Podolyak menulis prioritas Ukraina dalam pertemuan itu adalah “gencatan senjata” dan “koridor kemanusiaan bagi warga sipil yang hendak evakuasi.” Sebelumnya pemerintah Ukraina mengatakan mereka ingin Rusia menarik pasukannya dari Ukraina.

Usai perundingan Podolyak kembali mencicit pertemuan itu menghasilkan “hanya solusi untuk koridor organisasi kemanusiaan.”Dalam konferensi pers dengan jurnalis asing Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan Rusia siap bernegosiasi.

Baca juga :   Senin Besok, Muhyiddin Bakal Mundur sebagai PM

Lavrov mengatakan Rusia akan melanjutkan operasi militer selama proses perundingan berjalan. Ia mengatakan tidak bisa membiarkan “infrastruktur militer” yang mengancam Rusia tetap berada di Ukraina. Ia mengatakan setiap kesepakatan damai harus memasukan poin “demiliterisasi” Ukraina.

Pada Kamis (3/3/2022) kemarin Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengungkapkan tidak tertarik untuk melakukan demiliterisasi dan menyampaikan peringatan pada Presiden Rusia, Vladimir Putin.

“Anda akan membayar penuh semua yang anda lakukan pada Ukraina, dan kami tidak akan melupakan mereka yang gugur dan Tuhan juga tidak akan lupa,” kata Zelensky dalam konferensi pers.

Zelenskyy mengatakan ia siap bertemu dan berbicara secara langsung dengan Putin. Ia juga kembali menyerukan zona “larang terbang” di atas Ukraina. Ia mengatakan langkah itu salah satu tindak pencegahan.

Baca juga :   Mundur setelah Bertemu Raja, PM Tinggalkan Istana Tanpa Kata

“Kami bangsa yang menghancurkan rencana musuh dalam satu pekan,” kata Zelenskyy dalam unggahan di Facebook sebelumnya.

Zelensky memuji pasukan dan rakyat sipil Ukraina yang angkat senjata membela tanah air mereka. “Saya sungguh mengagumi kepahlawanan warga Konotop, Bashtanka, Energodar, Melitopol (dan) kota-kota dan desa-desa lain yang tidak membiarkan penjajah masuk dengan memblokir jalan.

Warga menghadang kendaraan musuh. Ini sangat berbahaya. Tapi ini berani. Ini juga keselamatan,” tulis Zelensky. Namun, ia mengakui tidak tahu sampai kapan Ukraina dapat terus bertahan. (za/red)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *