Prabowo: ”The Last Man Standing”

  • Bagikan

KESAMPINGKAN dulu isu kejahatan HAM yang membalut masa lalunya. Tunda dulu polemik kecurangan dan manipulasi Pilpres 2024 yang berkolerasi dengannya. Suka atau tidak, senang atau tidak, dari telunjuk Prabowo Subianto, bisa mengarah pada instruksi revolusi atau menyerahkan sepenuhnya NKRI pada oligarki.

Seorang Prabowo Subianto kini telah menjadi seorang presiden. Ditangannya, nasib rakyat, bangsa dan negara Indonesia ditentukan. Akankah Prabowo membuat “legacy” keselamatan atau malah menambah kehancuran NKRI?. Inilah momen paling berharga dan fenomenal dalam hidupnya.

Atau, mampukah Prabowo mengokohkan jatidirinya sebagai pahlawan atau penghianat di tengah rekam jejaknya yang eksotik dan dilingkupi adrenalin politik dan bisnis yang menggurita? Tidak ada satu pihak pun yang berani menjamin, apalagi menggaransi.

Dalam berbagai kesempatan di panggung publik, Prabowo kerap melontarkan narasi nasionalisme dan patriotisme. Ibarat hujan sehari, menghapus kemarau sepanjang tahun. Deretan orasi dan diksi Prabowo yang menggairahkan, membuat rakyat optimistis dan menyambut dengan gegap-gempita penuh harap.

Mengapa? Disaat situasi dan kondisi rakyat akut terpapar oleh dampak korupsi struktural dan sistemik, ancaman makar republik, perampasan tanah dan penggusuran rumah, harga sembako, tarif listrik, BBM dan pajak yang mencekik serta beragam kekerasan dan kematian akibat arogansi aparat, Prabowo seperti membawa secercah harapan visi dan aksi perubahan untuk Indonesia yang lebih beradab.

Baca juga :   Patrick Cluivert: Tantangan dan Harapan

Namun apa daya, lidah tak bertulang. Kekerasan hati tak mungkin menjadi besi. Niat boleh tinggi, namun belum tentu terbukti dan teruji. Prabowo dalam konflik dan pergumulan batin, lahir sebagai pemimpin dari rangkaian proses yang beririsan dengan kejahatan konstitusi dan demokrasi, hingga berujung ingin keluar dari kemelut konspirasi oligarki dan mafia yang mendominasi dan menghegemoni bumi pertiwi. Prabowo dalam situasi krisis, berpihak pada amanat penderitaan rakyat atau terus menjadi presiden boneka sekaligus budak para pemilik modal global dan lokal.

Dari mantan presiden dan pejabat tinggi negara lainnya, sampai ke internal jajaran pembantunya sekarang. Sebagai seorang presiden aktif dan berkuasa penuh, Prabowo nyata-nyata menghadapi musuhnya dari dalam lingkungan internalnya sendiri. Tersandera, menghitung kalkulasi politik dari kekuatan pemerintahannya, dan terlalu berhati-hati, Prabowo diambang kebijakan yang ambigu dan ambivalen.

Baca juga :   Satgas TPPU Diduga untuk Selamatkan Penjahat Pencucian Uang

Menjadi pengikut setia dari struktur kekuasaan rezim lama yang mengakar seranut, atau loyal menghamba pada kedaulatan rakyat, bangsa dan negara Indonesia. Setia kepada UUD 1945, Pancasila, NKRI serta rakyat marginal dan tertindas. Seperti yang pernah Prabowo saat menjadi pemimpin militer yang peduli pada prajurit-prajurit bawahannya.

Menjadi presiden yang berlatar jenderal dari riwayat prajurit tempur. Seorang Prabowo selayaknya berkiblat pada pembelaan pada segenap tumpah darah rakyat Indonesia. Sekarang atau tidak sama sekali, menunjukan sikap ksatria dan heroik berlandaskan Ketuhanan dan kemanusiaan di republik ini. Tak peduli menghadapi musuh-musuh negara dari kalangan bangsa sendiri yang koruptif, konspiratif dan destruktif, yakinlah Prabowo tak sendiri menghadapinya.

Ayo Jenderal!, sekali lagi tampilkan watak dan karakter nasionalis dan patriotis yang humanis. Rakyat kini megap-megap dan NKRI semakin sesak dan pengap. Rakyat tak bisa lagi berharap kebaikan pada semua institusi dan aparatur pemerintahan. Kekuasaan eksekutif, legislatif dan yudikatif, termasuk lembaga komudioner, TNI dan Polri telah menjadi alat kekuasaan bukan sebagai alat negara.

Baca juga :   Butuh Halauan Negara untuk Wujudkan Indonesia Emas 2045

Kini hanya tinggal seorang Prabowo berada digarda terdepan keselamatan rakyat, bangsa dan negara Indonesia. Sejarah di masa depan, saat ini sedang menuliskan, Prabowo kini menjadi “The Last Man Standing” dalam prahara republik yang mencekam. Berani dan sanggupkah Prabowo menyelamatkan atau justru semakin menghancurkan NKRI, Pancasila dan UUD 1945? Waktu jualah yang akan menyaksikan.

Janganlah takut pada penjara dan kematian untuk menjadi nasionalis dan patriotis sejati. Seluruh rakyat Indonesia dan penduduk dunia pasti akan menemui kematian. Persoalannya adalah, pada esensinya. Mati demi keselamatan dan kebesaran NKRI atau mati menjadi kacung oligarki. Kematian karena bangkit melawan atau diam tertindas. Pilihan ada padamu, Jenderal Prabowo!… (*)

Yusuf Blegur;
Penulis adalah Pemerhati Politik Kebangsaan, Aktivis 98.

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *