Fasih Bicara Ekonomi Syariah, Anggito Dikukuhkan Jadi Guru Besar UGM

  • Bagikan
PAKAR EKONOMI SYARIAH: Prof. Dr. Anggito Abimanyu, M.Sc., saat menyampaikan pidaro pengukuhan sebagai guru besar Bidang Ekonomi pada Departemen Ekonomika dan Bisnis, Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, Selasa (4/2).

INDOSatu.co – YOGYAKARTA – Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) RI, Prof. Dr. Anggito Abimanyu, M.Sc., dikukuhkan sebagai guru besar Bidang Ekonomi pada Departemen Ekonomika dan Bisnis, Sekolah Vokasi Universitas Gadjah Mada, Selasa (4/2).

Dalam pengukuhannya, Anggito menyampaikan pidato yang berjudul  Ekonomi syariah sebagai bentuk Kepatuhan, Cara hidup dan Aktivitas Bisnis Yang Membawa Manfaat. Pidato yang ia sampaikan berangkat dari kisah penelusuran dan pencarian khasanah ilmu dan kemanfaatan dari Ekonomi Syariah di Indonesia.

“Ekonomi Syariah adalah cabang ilmu ekonomi yang mengikuti hukum atau prinsip syariah Islam. Para pengikut ekonomi syariah menjalankannya dengan alasan kepatuhan atau kewajiban agama Islam. seperti halal, maslahat dan tidak riba. Ada lagi yang beranggapan ekonomi syariah adalah cara hidup berbagi, bersih dan sehat,” ujarnya

Dia menyampaikan, dalam rumpun ekonomi makro yang membahas tentang kebijakan dan regulasi, ekonomi syariah adalah cabang ilmu yang semakin relevan dipelajari sebagai gugus teori. Para peminatnya bukan hanya para mahasiswa muslim, melainkan juga dari non muslim.

Menjelang akhir abad ke-20 dan di awal abad ke-21, semua bisa menyaksikan negara-negara Barat seperti Amerika Serikat dan Inggris mendorong perkembangan pusat keuangan Islam (Islamic financial hub). “Kampus-kampus barat yang memiliki pusat studi ekonomi Islam pun bermunculan,” katanya.

Baca juga :   Jconnect Remittance, Spirit Pemkab Lamongan Hadirkan Layanan Real-time

Di Indonesia, kata Abimanyu, sejarah ekonomi syariah, khususnya perbankan syariah awalnya tersemai melalui deregulasi perbankan pada tahun 1983. Sejak tahun tersebut Bank Indonesia memberikan keleluasaan kepada 6 bank untuk menetapkan suku bunga, serta memperbolehkan sistem bagi hasil dalam perkreditan. “Deregulasi ini merupakan konsep awal dari perbankan syariah di Indonesia,” jelasnya.

Dibagian lain pidatonya, Anggito mengaku saat ini tidak lagi melihat ekonomi syariah hanya sebagai sistem alternatif dan penyeimbang dari sistem ekonomi konvensional. Bahkan, ia menemukan cara pandang baru dalam memaknai ekonomi syariah sebagai ekspresi kepatuhan dan ketundukan  terhadap agama dan wahyu yang diturunkan kepada umat manusia.

Perwujudan hal yang lebih esensial seperti kepatuhan, cara hidup dan manfaat yang merupakan bagian esensial dan integral dari ajaran Islam, dan ia praktikkan kesetiaan pada transaksi halal yang tidak memberikan toleransi pada terjadinya gharar (ketidakjelasan transaksi), maysir (spekulasi), dan tidak mengandung riba (usury).

“Tidak hanya halal, tetapi juga thayibbah sebagai bagian dari perilaku atau cara hidup berkonsumsi yang baik dan sehat”, terangnya.

Baca juga :   Sampaikan Motivasi, Fadel Muhammad Berharap Para Pemuda Harus Jadi Wirausaha

Soal faktor pemanfaatan dan minat ekonomi syariah di Indonesia adalah sebuah fenomena yang menarik. Faktor kepatuhan, cara hidup dan bisnis dengan prinsip syariah menjadi lahan perhatian para ahli syariah. “Kajian saya memfokuskan kepada aspek kepatuhan atau religiusitas, cara hidup dan bisnis dalam memilih produk perbankan syariah, konsumsi produk halal dan manfaat perjalanan umroh,” ungkapnya.

Rektor Universitas Gadjah Mada Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., Sp.OG(K), Ph.D.,  menyebutkan bahwa, Prof. Anggito Abimanyu merupakan salah satu dari 525 Guru Besar aktif UGM, dan salah satu dari 5 Guru Besar aktif yang dimiliki Sekolah Vokasi UGM.

Seperti diketahui, Anggito tercatat pernah menjabat sebagai Kepala Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH) periode 2017-2022. Ia juga pernah menjadi Komisaris BRI Syariah pada 2015-2017, Chief Economist BRI 2014-2017. Anggito juga pernah menjadi Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu pada 2003-2010 dan Staf Ahli Menteri Keuangan Republik Indonesia pada 1999-2003. Sebelum menjadi Wamenkeu, Anggito menjadi Ketua Departemen Ekonomika dan Bisnis Sekolah Vokasi UGM, sekaligus dosen Departemen Ekonomika dan Bisnis, Sekolah Vokasi UGM.

Di acara pengukuhan Guru Besar Anggito Abimanyu, sejumlah tokoh nasional yang hadir di antaranya Wapres ke-11 RI Budiono dan Wapres ke-13 RI Ma’ruf Amin dan Ketua MWA UGM Prof. Dr. Pratikno. Sejumlah Menko juga terpantau hadir seperti Menteri Koordinator Bidang Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, hingga Penasihat Khusus Presiden Bidang Politik dan Keamanan Wiranto. Selanjutnya, Menhan Sjafrie Sjamsoeddin, Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, Mahfud MD, hingga Wakil Menteri Hukum Edward Omar Hiariej atau Eddy Hiariej.

Baca juga :   IKM Lamongan Rambah Toko Modern, Taufik: Itu Karena Bupati Tak Bosan Menyemangati

Menko Muhaimin Iskandar mengapresiasi pencapaian Anggito Abimanyu sebagai Guru Besar Sekolah Vokasi UGM. Pencapaian ini, menurut Muhaimin, luar biasa karena dalam pidatonya ia berbicara ekonomi syariah, dan di sisi lain UGM menjadi bagian integral dari proses ilmu dan praktik didalam seluruh sendi-sendi pembangunan. “Sekali lagi selamat untuk pak Anggito, dan selamat untuk UGM”, ucap Cak Imin.

Hal senada disampaikan Menko Airlangga Hartarto. Ia turut senang atas pencapaian Prof Anggito Abimanyu menyandang gelar profesor dari Sekolah Vokasi. “Tentu pidatonya yang terkait dengan ekonomi syariah, dan juga terkait dengan lifestyle saya kira menjadi hal yang baik dan akan mendorong perekonomian berbasis syariah,” katanya. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *