INDOSatu.co – JAKARTA – Kasus pelaporan yang dilakukan Rifa Handayani ke Mabes Polri terkait dugaan perselingkuhannya dengan pengurus teras Partai Golkar (PG) berinisial AH terus menyita perhatian publik.
Jagat politik Indonesia tertegun dengan skandal tersebut, apalagi kasus itu muncul menjelang pencalonan Airlangga Hartarto menjadi Capres 2024 mendatang. Dinilai skandal karena kasus itu menimpa pimpinan parpol besar, yang ketua umum-nya juga digadang-gadang bakal maju menjadi calon presiden.
Dalam laporannya, Rifa jelas-jelas menyebut bahwa inisial AH tersebut tidak lain adalah Ketua Umum DPP Partai Golkar (PG), Airlangga Hartarto (AH). Rifa melaporkan dan meminta pertanggungjawaban AH. Namun, hingga kini, AH sendiri belum melakukan klarifikasi. Padahal, desakan untuk AH dari internal PG untuk mengklarifikasi kasus tersebut terus mengemuka.
Terkait kasus yang dialami Airlangga Hartarto (AH) itu, Direktur Rumah Politik Indonesia (RPI), Fernando EMas punya pandangan yang menarik. Menurut Fernando, kasus tersebut diyakini bakal menguap tanpa ujung. Selain kasusnya sudah lama, lemparan kasus AH itu mengandung aroma muatan politis.
“Kentara banget. Menjelang Pilpres 2024, anggap saja itu sebagai gimik (pemanasan) saja. Peristiwanya 2012, tapi baru dilaporkan hari ini. Ada apa?,” kata Fernando kepada INDOSatu.co, Minggu (19/12).
Fernando menyakini bahwa kasus laporan Rifa itu lemah secara hukum. Tak hanya itu. Polisi juga diyakini akan kesulitan membuktikan, meski Rifa dalam laporannya membawa beberapa barang bukti, terkait semua percakapan AH, salah satunya melalui BlackBerry (BB).
“Saya pikir sulit dibuktikan ya. Rentang waktu 9 tahun, baru dilaporkan sekarang. Kesannya lucu saja. Masih ada kah BB itu? Kalau pun masih ada, apa benar itu percakapan dengan AH. Polisi juga tidak gampang menemukan bukti?,” kata Fernando.
Hanya gimik, kata Fernando, karena jeda waktu 9 tahun itu adalah waktu yang lama. Rifa sendiri mengaku hubungannya dengan Airlangga terjadi pada 2012. Airlangga sendiri, kata Fernando, waktu itu juga belum menjadi pejabat seperti sekarang. Yakni menjadi Ketua Umum DPP PG dan Menko Bidang Perekonomian kabinet Jokowi – Ma’ruf.
“Meski demikian, saya juga sepakat bahwa Pak Airlangga memang harus ada klarifikasi. Jika tidak, maka akan memunculkan distrush (ketidakpercayaan), baik di internal maupun di eksternal,” kata dia.
Sebagai pengamat, Fernando menyikapi kasus Airlangga itu dalam dua sisi. Pertama, kasus itu sengaja dimunculkan untuk mendongkrak elektabilitas Airlangga Hartarto yang hingga kini masih dalam kisaran 16 persen. Dan posisi itu masih kalah dengan nama-nama lain. Misalnya, Gubernur DKI Anies Baswedan, Ketum Gerindra Prabowo Subianto, Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, Sandiaga S. Uno, dan sebagainya.
“Sekalipun punya mesin politik yang bagus, tapi elektabilitas Pak Airlangga memang masih perlu didongkrak agar lebih besar lagi. Dan ini tergantung think-thank Pak Airlangga, bagaimana meramunya dengan baik,” kata dia.
Kedua, kata Fernando, kasus itu benar-benar terjadi, meski tidak mudah dibuktikan. “Jangan-jangan, endhing-nya nanti Rifa mencabut laporan dan meminta maaf, misalnya. Khan segala kemungkinan bisa terjadi. Ya, kita lihat saja nanti,” kata Fernando.
Partai Golkar, kata Fernando, adalah partai yang punya sejarah panjang dan selalu lolos menghadapi badai. Jika Partai Golkar bisa melewati badai ini, diyakini perjalanan ke depan Airlangga Hartarto akan berjalan mulus. Dan begitu pula sebaliknya. “Jadi, kasus Rifa ini juga bagian dari test case bagi Pak Airlangga. Jika bisa melewati dengan baik, maka perjalanan beliau akan mulus. Apalagi, Golkar merupakan mesin politik paling siap menghadapi Pileg maupun Pilpres 2024,” kata Fernando.
Dalam politik Indonesia, kata dia, kasus asusila dan korupsi memang menjadi atensi dan perhatian publik yang luar biasa besar. Sebab, dibanding kasus lain, rating perhatian publik terhadap dua kasus itu memang lebih besar. Apalagi dalam politik, kata Fernando, intrik dan saling sikut adalah dua kutub yang saling menghiasi dalam perjalanan para politisi di Tanah Air. “Jadi, kita lihat saja endhing-nya nanti bagaimana,” pungkas Fernando. (adi/red)