Soal Janda Kaya Kawini Jejaka Pengangguran, Pengamat: Suswono Timbulkan Dampak Negatif

  • Bagikan
CANDAAN BLUNDER: Cawagub DK Jakaarta Suswono (kanan) bersama Cabup Ridwan Kamil yang diusung KIM Plus dikecam banyak kalangan karena melontarkan kata-kata yang tidak pants diucapkan..

INDOSatu.co – SURABAYA – Calon wakil gubernur Jakarta nomor urut 1 Suswono menuai kritik tajam dari berbagai kalangan. Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang menyarankan janda kaya raya perlu menikahi pria pengangguran yang dikaitkan dengan Nabi Muhammad SAW yang dinikahi Khadijah menuai protes dari kalangan umat Islam.

Suswono menjelaskan bahwa, dengan cara tersebut, hal itu akan meningkatkan angka kesejahteraan di Jakarta. Pernyataan tersebut dianggap ngelantur dan ngawur. Meski akhirnya, Suswono telah menyatakan permintaan maaf atas pernyataannya, namun polemik atas perkataannya itu memancing banyak tanggapan dari beberapa pihak.

M. Febriyanto Firman Wijaya, Dosen Fakultas Agama Islam (FAI) UMSurabaya mengatakan, sebagai tokoh publik yang sedang dalam kontestasi, seharusnya memberikan saran dan pesan yang baik untuk kemaslahatan masyarakat, terutama dalam menyikapi beberapa problematika masyarakat tentang kesejahteraan masyarakat yang berhubungan dengan strata sosial.

Baca juga :   Temui Haedar Nashir, Erick Mengaku Ingin Lanjutkan Gagasan Buya Syafii Maarif

“Maka perlu diluruskan tentang perkataan beliau, yang berbau seksis dan tidak pantas keluar dari calon pejabat publik. Kisah pernikahan Nabi Muhammad SAW dan Khadijah juga secara tegas saya sampaikan tidak bisa disamakan dengan kondisi masyarakat sekarang,” tegas Riyan, sapaan akrabnya.

Kata Riyan, meski hanya sekadar candaan terhadap konteks kepedulian pada anak yatim dan janda, dengan dalih mencari solusi bagi pengentasan kemiskinan. Korelasi dengan menikahi janda kaya kemudian posisi pengangguran menjadi bukti paling nyata dari kegagalan pemerintah dalam menyiapkan lapangan kerja dan peluang yang lain.

Baca juga :   Situasi Kabul Memanas, Evakuasi 26 WNI Tiba di Tanah Air

“Stigma tersebut memperkuat konstruksi sosial gender yang menempatkan perempuan, khususnya janda, dalam posisi yang lebih lemah dan diharapkan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi pasangannya,” katanya lagi.

Hal ini, kata Riyan, juga memperkuat stereotipe gender terhadap janda yang seringkali dianggap sebagai beban ekonomi dan harus mencari pasangan yang dapat menafkahi. Padahal, perempuan memiliki hak yang sama untuk memilih pasangan hidup berdasarkan cinta, kasih sayang, dan kesamaan visi.

Jika dalam konteks Histori tentang Nabi Muhammd dalam Kitab Fiqhus Sirah, karya Ramadhan Al Buthi bahwa Nabi Muhammad SAW menghabiskan usia mudanya dengan usaha giat mencari rezeki dan menggembala kambing penduduk Makkah dengan diberi upah beberapa Qirath (takaran yang telah ditentukan kadarnya).

Baca juga :   Partai Golkar Segera Putuskan Berkoalisi di Pilpres 2024, Bamsoet Minta Panaskan Mesin Partai

Nabi Muhammad SAW sebagai pemuda yang juga dikenal dengan sebutan Al-Amin (yang terpercaya) dan As Shadiq (yang jujur), menjadi sifat Nabi sebagai pemuda yang berkualitas dan berkarakter.

“Maka pesan untuk para calon pejabat, jangan dengan mudah melontarkan perumpamaan yang bersinggungan soal hal stratifikasi sosial dan keagamaan, kemudian menggeneralisir kasus yang tidak berdasar dan malah berpotensi menimbulkan dampak negatif,” pungkasnya. (*)

  • Bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *